Mohon tunggu...
Humaniora

Solo Bukan Kota Sampah

4 November 2015   14:34 Diperbarui: 4 November 2015   14:51 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 SOLO (bukan) KOTA  SAMPAHSampah merupakan produk yang memudahkan sekaligus menyusahkan manusia. Sampah modern yang biasnaya berupa bungkus plastic, gelas, dan limbah teknologi serta rumah tangga memang sengaja dibuat untuk memudahkan kehidupan manusia. Akan tetapi efeknya panjang panjang, terutama untuk ekosistem, karena mereka susah terurai dan jumlahnya snagat banyak.  Sebagai contoh, plastic, logam, dan kaca membutuhkan ribuan tahun agar terurai. Bahkan styrofoam yang merupakan produk akhir dari proses polimerasi belum dapat dipastikan berapa juta tahun akan terurai. Padahal kesemuanya itu merupakan barang-barang yang sudah sangat lekat dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia modern. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampah merupakan efek samping dari kemajuan ekonomi dan teknologi, karena semakin modern dan maju perekonomian, maka tingkat konsumsi semakin banyak sehingga jumlh sampah pun semakin banyak. Kota Solo, sebagai salah satu kota besar yang semakin maju dan berkembang juga sudah mulai kebingungan dalam mengurus masalah sampah. Kondisi TPA Putri Cempo yang sudahoverload membuat Pemkot Solo harus memutar otak untuk mengatasi permasalahan ini. Solusi yang pernah diajukan diantaranya adalah dengan mengajukan perluasan TPA agar dapat memuat semakin banyak sampah. Solusi lain yang saat ini gencar disuarakan oleh Pemkot adalah dengan menarik mitra untuk mengelola sampah yang ada di Putri Cempo. Sayangnya solusi ini masih terganjal oleh berbagai masalah yang bersifat teknis. Masyarakat menjadi semakin bingung karena masalah TPA putri cempo ini tidak kunjung selesai. Ibaratnya Putri Cempo sedang berada dalam kondisi sekarat, jika tidak kunjung teratasi bukan tidak mungkin gunungan sampah itu akan menimbulkan masalah baru seperti longsor hingga munculnya beragam penyakit. Dalam satu hari, kota yang berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa ini mampu menghasilkan 250 ton sampah dan sewaktu-waktu bisa mengalami peningkatan dengan pesat terutama jika ada event-event tertentu yang menyedot banyak massa dari dalam dan luar kota Solo. Padahal sampah-sampah tersebut kehadirannya tidak bias dihindari karena merupakan bawaan dari para pengunjung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah manusia, maka semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk mengatasi masalah, tentunya bukan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga masyarakat umum. Jika pemerintah hanya berusaha untuk menampung sampah dan menjadikan gunungan-gunungan sampah yang tidak ramah lingkungan, maka sudah seharusnya jika masyarakat umumpun mulai membantu mengurai permasalahn sampah ini. Slogan “buanglah sampah pada tempatnya” sepertinya sudah tidaki menyelesaikan permasalah tentang sampah karena hanya memindahkan satu sampah ke tempat lain, tanpa memberi solusi konkret dan menyeluruh serta jangka panjang. Ada beberapa kegiatan atau langkah yang bisa dilakukan oleh masyarakat, yaitu 3R, pertama yaitu dengan membantu mengurangi volume sampah atau reduce, kedua, reuse menggunakan barang-barang bekas, dan terakhir, recycle, yaitu mendaur ulang sampah. Reduce, mengurangi sampah adalah langkah mudah untuk mengurangi volume sampah, terutama sampah plastic dan bisa dilakukan oleh semua orang, bahkan anak kecil sekalipun. Mengurangi sampah dapat dilakukan mulai dari kegiatan kecil, seperti mengurangi jumlah plastic untuk membungkus barang belanjaan, membawa kantong sendiri ketika berbelanja, membawa wadah sendiri ketika membeli makanan, dan produk yang dibungkus dengan bungkus non-plastik. Reuse, menggunakan kembali sampah plastic yang ada. Memang tidak semua orang bisa melakukan langkah kreatif menggunakan kembali sampah dan memgubahnya menjadi wujud benda lain dna tidak semua sampah jugabisa digunakan kembali. Akan tetapi langkah ini memang perlu dilakukan selain untuk kreatifitas juga untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang.   Wadah pencil dari kaleng, engkrak dari kaleng, kain lap dan pel dari sisa kain perca, boneka dari kertas dan kain, akuarium dari tabung kompuer atau tv bekas, tas dari kain dan plastic bekas, pot tanaman dari kaleng bekas, merupakan sedikit contoh benda yang merupakan reuse dari sampah-sampah yang ada. Bahkan dari proses reuse sering bisa menjadi sarana kreatifitas produktif nyang menghasilkan penghasilan tambahan. Dan terakhir adalah recycle atau daur ulang. Daur ulang plastk dan kertas memang sudah banyak diaplikasikan oleh masyarakat dalam bentuk unit usaha dan pemulung sebagai ujung tombaknya. akan tetapi tidak semua sampah bisa didaurulang, dan tidak semua tempat ada unit daur ulang sampah meksipun daurulang adalah kegiatan yang produktif. Dari ketiga langkah di atas, tidak ada langkah yang patut dianggap sebagai langkah terbaik atau terburuk. Akan tetapi ketiga langkah di atas harus dikombinaiskan dan diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dan penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan tentang sampah sudah saatnya diterapkan dan dikenalkan kepada masyarakat luas, terutama masyarakat pendidikan, agar kesadadaran dan pemahaman tentah sampah terus tumbuh dan berkembang. Dengan jumlah 500 ribu penduduk tetap di Solo, tentu dalam sehari akan dihasilkan jutaan sampah yang tentu saja semuanya tidak mungkin ditampung dan diurus oleh pemkot Solo saja. Terlebih pemkot Solo sendiri sudah kebingungan dengan polemic sampah TPA putri cempo yang belum bisa dipastikan kapan selesainya.  Sudah saatnya pemkot Solo aktif menggerak masyarakat yang sadar sampah dengan menggalakkan reduce, reuse, dan recycle, sehingga jumlah sumpah yang dibuang dan selanjutnyan ditampung di tpa bisa berkurang signifikan. Memang manusia tidak bisa terlepas sama sekali dari sampah, akan tetapi jika bisa mengurangi volume dan memanfaatkkany kembali, tentu hal tersebut lebih baik. Misbakhul Munir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun