Mohon tunggu...
Misbakhul Munir Mubarok
Misbakhul Munir Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Pemuda Pembangun Peredaban

Dosen Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pernikahan Menurut Ilmu Jiwa

8 Desember 2022   00:20 Diperbarui: 8 Desember 2022   00:34 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemauan untuk nikah dan memilih calon istri: Masalah ini ada dua macam yang saling berkaitan:

Pertama, kebutuhan fitrah untuk mencari pendamping hidup yang cocok yang dapat menciptakan kerjasama yang membangun yang diwarnai saling memahami untuk menciptakan motivasi bersama. Seorang lelaki membutuhkan seorang wanita yang ikhlas yang mempercayai nilai kepribadiannya, menghargai upayanya, memberi dorongan untuk berkreasi dan mensuport pekerjaannya. 

Demikian pula, seorang wanita juga membutuhkan seorang lelaki yang mempercayai misinya sebagai wanita, memberinya suport untuk melakukan kewajibannya, mengayominya, menimbulkan perasaan percaya kepada suaminya dan mempercayai kemampuan istrinya untuk menanggulangi hidup dan segala kesulitannya.

Kedua, kebutuhan seorang untuk mendapatkan teman hidup yang dapat menciptakan keseimbangan baginya antara yang ada pada diri masing-masing. Karena, seorang suami mempunyai perasaan ingin dimanja oleh istrinya bagai anak kecil dan ingin pula memanjakan istrinya bagai seorang ayah. Demikian pula, keinginan sang istri.

Hanya dalam pernikahan saja segala kebutuhan semacam itu dapat terpenuhi.

Ungkapan itulah yang dimaksud oleh Adler dengan ucapannya: "sesungguhnya cinta adalah campuran antara kekuatan atau potensi dan kasih sayang". Karena perasaan inilah, kami lihat seorang wanita sangat peduli terhadap urusan seorang lelaki, bahkan ia ikut mengaturnya, seolah-olah ia yang bertanggung jawab terhadap urusan itu, dan bersamaan itu pula, saya lihat sang istri merasa ingin menyayang dan membela suaminya. Demikian pula, sang suami ingin mendapat istri yang dapat ia bela dan ia jaga. Bahkan, bersamaan itu pula, ia ingin mendapat perhatian dan kasith sayang dari istrinya.

Di samping itu, masih ada berbagai unsur watak atau kebiasaan yang sudah ada sejak kecil, dan pengaruhnya akan timbul ketika la memilih pendamping hidup, kemudian akan berlanjut dalam kehidupan rumah tangganya di masa mendatang.

Perasaan yang diinginkan oleh masing-masing pasangan seperti yang disebutkan dalam AI Qur'an berikut:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenis sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Q5. Ar-Ruum: 21)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun