Sampai dengan hari ini saya masih belum sepenuhnya mengerti, tujuan dan maksud Setya Novanto (Ketua Partai Golkar dan sekaligus Ketua DPR RO) mati-matian menghindari jerat dari lembaga antri rausah, KPK.Â
Di dalam berbagai kesempatan, di berbagai media massa, Setnov (sapaan akrab Setya Novanto) selalu menampik bahwa dirinya terlibat skandal mega korupsi e-KTP. Namun, saat KPK mengaitkan namanya dengan kasus e-KTP Setnov mulai bertingkah aneh. Berulang kali ia mangkir dari panggilan KPK, sekalipun ia masih berstatus sebagai saksi yang hanya ingin dimintai keterangan oleh KPK. Baru setelah KPK menetapkan Setnov sebagai tersangka, Setnov yang selama ini hampir tidak pernah terdengar terbaring di Rumah Sakit, tiba-tiba dikabarkan sedang sakit parah, segala penyakitnya kambuh.
Di saat yang sama, Setnov mempersoalkan langkah KPK perihal penetapannya sebagai tersangka. Bagi Setnov penetapan dirinya sebagai tersangka tidak sah, sehingga ia mengajukan gugatan Praperadilan. Dan ya, gugatan Setnov dikabulkan, ia tidak lagi bertstatus sebagai tersangka. Ia pun kembali sembuh, sehat, dan tertawa.
Selang beberapa saat setelah Setnov bebas dari status tersangka, KPK kembali menetapkan Setnov sebagai tersangka, karena menurut KPK telah ada banyak bukti yang dapat menjerat Setnov dalam perkara e-KTP.
Lagi-lagi Setnov berulah. Kali ini semakin lucu dan menggelikan. Tiba-tiba saja Setnov hilang dari peredaran, tidak ada yang tahu pasti dimana keberadaannya. Disaat semua orang mulai mempertanyakan keberadaan Setnov, tersiar kabar bahwa Setnov kecelakaan, luka parah dan harus dirawat di RS Permata Hijau.
Pelecehan Nalar Publik
Dari berbagai rentetan ulah Setnov dalam menghadapi kasus hukum yang menjeratnya, ada beberapa hal yang sesungguhnya telah melecehkan nalar publik. Publik seolah dianggap sebagai masyarakat "rendahan" yang akan percaya dengan adegan kebohongan yang dibuat oleh Setnov berserta tim pendukung setianya.
Pertama, saat Setnov ditetapkan sebagai tersangka untuk pertama kalinya, beredar gambar dirinya sedang terbaring di Rumah Sakit daerah Jatinegara Jakarta Timur. Ada sebuah pesan yang seolah ingin disampaikan kepada publik bahwa dirinya "berhalangan" untuk diperiksa lebih lanjut. Sungguh, sebuah hal yang sangat tiba-tiba dan membuat publik bertanya. Setnov yang selama ini hampir tidak pernah terbaring sakit (setidaknya jarang diberitakan sakit), tiba-tiba saja sakit parah, kompleks, dan harus dirawat intensif.
Jika dinalar dengan penalaran yang sangat biasa, ulah Setnov mirip sikap anak-anak yang menghilangkan gadget orang tuanya lalu pura-pura sakit agar tidak dihukum, berharap orang tuanya empati, menaruh rasa kasihan, dan memaafkan. Bagimana tidak, Setnov sebagai orang penting di Indoensia (Ketua DPR) tentu memiliki stardar kesehatan yang sangat ketat. Seandainya saja Setnov merasa gatal tiba-tiba di salah satu jarinya, sudah ada dokter yang siap 24 jam untuk mengobatinya. Dengan standar kesehatan yang begitu ketat, bagaimana mungkin ada penyakit berbahaya yang dibiarkan bersarang di tubuh Papa Setnov. Dan kenapa pula penyakitnya baru kambuh saat dirinya menjadi tersangka?. Sungguh sangat sulit dimengerti.
Kedua, Ketika Setnov ditetapkan sebagai tersangka untuk kali kedua, lagi-lagi ia berulah, bahkan semakin lucu dan menggemaskan. Tiba-saja dia menghilang bagai di telan bumi. Semua orang penasaran, bertanya-tanya, sampai-sampai KPK harus memanggil mantan ketua umum Partai Golkar, Pak Ical untuk dimintai keterangan perihal keberadaan Setnov.
Karena banyak yang bertanya-tanya itulah, saya menjadi teringat lagu Trio Ubur-Ubur dan Soni Wakwaw yang sempat boomingbeberapa waktu lalu;
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!