Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tak Semua Curhat Itu Sehat, Waspadai Trauma Dumping dalam Hubungan Sosial

5 April 2025   06:00 Diperbarui: 5 April 2025   15:21 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi curhat (Sumber: Freepik)

Jika seseorang terus-menerus membagikan pengalaman traumatis mereka tanpa mempertimbangkan perasaan pendengar, lama-kelamaan orang lain akan merasa terbebani dan mungkin mulai menjauh. 

Akibatnya, hubungan yang seharusnya didasarkan pada saling mendukung justru berubah menjadi hubungan yang tidak sehat dan melelahkan.

Perbedaan Curhat Sehat dan Trauma Dumping

Curhat yang sehat berperan penting dalam menjaga keseimbangan emosional dan mental. Namun, tidak semua curhat dapat dikategorikan sebagai curhat yang sehat. 

Curhat sehat dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi, mendapatkan perspektif baru, atau sekadar berbagi perasaan dengan cara yang terkontrol. 

Ada timbal balik dalam percakapan, di mana pendengar juga diberikan kesempatan untuk berbicara atau memberikan respons. Selain itu, curhat yang sehat juga dilakukan dengan mempertimbangkan kenyamanan pendengar.

Sebaliknya, trauma dumping cenderung bersifat satu arah dan tidak memiliki kontrol dalam penyampaian emosi. 

Orang yang melakukan trauma dumping biasanya menceritakan pengalaman traumatis mereka secara berulang tanpa memberikan kesempatan bagi pendengar untuk merespons. 

Hal ini membuat percakapan terasa berat sebelah dan bisa menyebabkan kelelahan emosional bagi pendengar.

Mengapa Seseorang Melakukan Trauma Dumping?

Ada berbagai alasan mengapa seseorang bisa terjebak dalam kebiasaan trauma dumping. 

Salah satu alasan utama adalah kebutuhan untuk mendapatkan validasi. 

Ketika seseorang merasa tidak didengar atau tidak dimengerti, mereka cenderung terus-menerus menceritakan pengalaman traumatis dengan harapan mendapatkan simpati dari orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun