Berbeda dengan curhat sehat yang bertujuan untuk mencari solusi atau melepaskan perasaan secara terkontrol, trauma dumping biasanya terjadi secara spontan dan tanpa batasan.
Dalam trauma dumping, komunikasi cenderung bersifat satu arah. Pendengar tidak diberi ruang untuk memberikan respons atau bahkan menyatakan apakah mereka merasa nyaman dengan pembicaraan tersebut.
Akibatnya, percakapan menjadi berat sebelah dan dapat menimbulkan kelelahan emosional bagi pendengar.
Trauma dumping juga bisa membuat seseorang terjebak dalam pola pikir negatif, di mana mereka terus-menerus mengulang pengalaman buruk tanpa benar-benar mencari jalan keluar.
Dampak Trauma Dumping pada Diri Sendiri dan Orang Lain
Trauma dumping tidak hanya berdampak pada pendengar, tetapi juga pada diri sendiri.
Bagi pendengar, mendengarkan curhatan yang terlalu emosional tanpa batasan bisa menimbulkan stres dan rasa lelah mental.
Mereka mungkin merasa bertanggung jawab untuk membantu, meskipun mereka sendiri tidak memiliki kapasitas emosional yang cukup untuk menangani cerita tersebut.
Sementara itu, bagi orang yang melakukan trauma dumping, kebiasaan ini bisa memperburuk kondisi mental mereka.
Alih-alih mencari solusi atau mekanisme coping yang sehat, mereka justru semakin tenggelam dalam trauma yang diceritakan berulang kali.
Hal ini bisa menyebabkan ketergantungan dalam mencari validasi dari orang lain tanpa adanya usaha untuk benar-benar menyembuhkan diri.
Selain itu, trauma dumping juga bisa merusak hubungan interpersonal.