Ketika membahas tentang kemajuan suatu negara, banyak orang langsung mengaitkannya dengan perkembangan infrastruktur.
Gedung-gedung pencakar langit, jalan tol yang menghubungkan kota-kota besar, jembatan yang menjangkau pulau terpencil, hingga fasilitas publik seperti bandara sering dianggap sebagai indikator utama kemajuan.
Hal ini wajar karena infrastruktur adalah sesuatu yang dapat dilihat secara nyata dan dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.
Tidak heran jika banyak orang membandingkan Indonesia dengan negara lain yang infrastrukturnya lebih maju. Misalnya, perbandingan antara Jakarta dan Singapura sering menjadi bahan diskusi.
Pada tahun 1990-an, Singapura masih dalam tahap pembangunan setelah merdeka dan masih tergolong negara miskin.
Namun, seiring waktu, mereka berhasil mengubah negaranya menjadi salah satu negara maju dengan infrastruktur kelas dunia.
Jalan-jalan yang dulunya semrawut kini tertata rapi, didukung oleh sistem transportasi yang efisien. Salah satu faktor utama keberhasilan Singapura adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Bahkan menurut survei tahun 2024, kualitas SDM mereka menduduki peringkat kedua di dunia dari total 67 negara. Sebaliknya, Jakarta yang merdeka lebih dahulu justru tertinggal dalam banyak aspek.
Padahal, secara populasi, jumlah penduduk Jakarta hampir dua kali lipat dari Singapura. Seharusnya, dengan jumlah penduduk yang lebih besar, Indonesia bisa menjadi negara maju.
Namun, ada faktor penting yang sering luput dari perhatian: kualitas SDM.