Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gen-Z dan Gaya Hidup YOLO, Menikmati Hidup atau Hidup Tanpa Tujuan?

26 November 2024   06:00 Diperbarui: 26 November 2024   06:03 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z atau Gen Z, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di tengah era digital yang terus berkembang. 

Teknologi menjadi bagian dari hidup mereka sejak usia dini, membentuk cara mereka berpikir, bekerja, dan menikmati hidup. 

Tidak seperti generasi sebelumnya yang lebih mengutamakan stabilitas, Gen Z lebih berani mengejar passion dan memilih hidup yang penuh pengalaman. 

Namun, prinsip YOLO (You Only Live Once) yang mereka jalani juga membawa tantangan baru, mulai dari masalah keuangan hingga kesehatan mental.

Kreativitas sebagai Prioritas: Industri Favorit Gen Z

Banyak Gen Z yang memutuskan untuk bekerja di industri kreatif, seperti agensi digital, dunia fashion, konten kreator, hingga pariwisata. Industri ini dianggap lebih sesuai dengan karakter mereka yang dinamis dan kreatif. 

Tidak hanya itu, pekerjaan di sektor ini sering menawarkan fleksibilitas yang sulit ditemukan di profesi konvensional.

Misalnya, seorang desainer grafis atau videografer sering kali dapat bekerja dari mana saja. 

Mereka hanya membutuhkan laptop dan koneksi internet untuk menyelesaikan tugas. Pola kerja ini memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi passion sambil tetap produktif.

Namun, di balik kebebasan tersebut, pekerjaan di industri kreatif sering kali tidak menjamin penghasilan yang stabil. 

Dalam banyak kasus, proyek atau klien menentukan besar kecilnya pendapatan mereka. Akibatnya, Gen Z di industri ini sering kali harus pintar-pintar mengatur keuangan.

Gaya Hidup YOLO: Menikmati Hidup di Masa Kini

Prinsip YOLO atau "You Only Live Once" menjadi semacam pedoman hidup bagi Gen Z. Mereka percaya bahwa hidup harus dijalani dengan penuh makna, yang sering kali diwujudkan dalam bentuk pengalaman.

Beberapa kegiatan yang menjadi favorit Gen Z antara lain:

  • Menghadiri Konser Musik: Tiket konser artis favorit menjadi salah satu hal yang rela mereka prioritaskan meskipun harus mengorbankan kebutuhan lain.
  • Liburan ke Destinasi Baru: Gen Z gemar menjelajahi tempat-tempat baru, baik di dalam maupun luar negeri. Bagi mereka, pengalaman ini lebih berharga daripada barang-barang material.
  • Mencicipi Makanan dan Minuman Unik: Mencoba kafe atau restoran dengan konsep unik juga menjadi tren di kalangan Gen Z.

Gaya hidup ini memang memberikan kebahagiaan jangka pendek. Namun, ada konsekuensi yang harus dihadapi, terutama jika pengeluaran tidak diimbangi dengan pemasukan yang memadai.

Tantangan Finansial: Antara Penghasilan dan Pengeluaran

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh Gen Z adalah manajemen keuangan. Gaya hidup YOLO sering kali membuat mereka kesulitan menyisihkan tabungan atau merencanakan masa depan. 

Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa banyak dari mereka bekerja di industri kreatif dengan penghasilan yang tidak tetap.

Berdasarkan data survei, sebagian besar Gen Z masih bergantung pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti biaya sewa tempat tinggal atau transportasi. 

Di sisi lain, tingginya biaya hidup di kota-kota besar juga menjadi hambatan utama untuk mencapai kemandirian finansial.

Kondisi ini sangat kontras dengan generasi sebelumnya, seperti Generasi X atau Baby Boomer, yang cenderung lebih hemat dan fokus pada tabungan jangka panjang.

Burnout di Usia Muda: Tekanan Sukses di Industri Kreatif

Industri kreatif yang dipilih oleh banyak Gen Z tidak hanya menawarkan kebebasan, tetapi juga membawa tekanan besar. 

Tuntutan untuk selalu inovatif, memenuhi deadline yang ketat, dan menghadapi persaingan ketat sering kali membuat mereka merasa lelah secara mental dan emosional.

Burnout menjadi masalah yang semakin sering dialami oleh Gen Z, bahkan di usia 20-an. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kesehatan mental mereka secara keseluruhan. Beberapa tanda burnout yang umum meliputi:

  • Kelelahan yang Berkepanjangan: Baik secara fisik maupun emosional.
  • Kehilangan Motivasi: Sulit menemukan semangat untuk bekerja atau mengejar passion.
  • Rasa Tidak Percaya Diri: Merasa tidak cukup baik dalam pekerjaan atau karier yang dijalani.

Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental mulai meningkat di kalangan Gen Z. Banyak dari mereka yang berusaha mencari solusi, seperti meditasi, berolahraga, atau bahkan menjalani terapi.

Pelajaran dari Generasi Sebelumnya: Stabilitas yang Diutamakan

Jika dibandingkan dengan Gen Z, generasi sebelumnya seperti Generasi X atau Y cenderung lebih pragmatis dalam memilih karier. 

Banyak dari mereka yang mengutamakan pekerjaan dengan penghasilan tetap dan jaminan stabilitas, seperti menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bekerja di perusahaan BUMN.

Meskipun pekerjaan tersebut sering dianggap kurang menarik oleh Gen Z, stabilitas finansial yang ditawarkan memberikan rasa aman. 

Generasi sebelumnya juga lebih disiplin dalam mengelola keuangan, yang terlihat dari tingginya jumlah tabungan atau aset yang mereka miliki di usia produktif.

Namun, di sisi lain, pendekatan yang terlalu fokus pada stabilitas terkadang membuat mereka kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi passion atau menikmati hidup.

Mengatasi Tantangan: Mencari Keseimbangan

Untuk menghadapi tantangan yang dihadapi Gen Z, penting bagi mereka untuk menemukan keseimbangan antara menikmati hidup dan mempersiapkan masa depan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  1. Belajar Manajemen Keuangan:
    Membuat anggaran bulanan yang jelas dapat membantu Gen Z mengontrol pengeluaran. Mereka juga bisa memanfaatkan aplikasi keuangan untuk memantau pemasukan dan pengeluaran secara real-time.

  2. Menyisihkan Tabungan:
    Sebisa mungkin, alokasikan minimal 20% dari penghasilan untuk tabungan atau dana darurat. Tabungan ini dapat menjadi penyelamat di saat-saat tak terduga.

  3. Investasi Diri:
    Mengambil kursus atau pelatihan untuk meningkatkan keterampilan bisa menjadi investasi jangka panjang yang berharga. Ini dapat membuka peluang karier yang lebih baik di masa depan.

  4. Menjaga Kesehatan Mental:
    Gen Z perlu menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mengatur waktu istirahat, berolahraga, atau berbicara dengan teman terdekat dapat membantu mengurangi stres.

  5. Diversifikasi Penghasilan:
    Untuk mengatasi penghasilan yang tidak tetap, banyak Gen Z yang mulai mencari sumber pendapatan tambahan, seperti menjadi freelancer atau berbisnis kecil-kecilan.

Kesimpulan

Gen Z adalah generasi yang membawa warna baru dalam dunia modern. Keberanian mereka untuk mengejar passion dan menikmati hidup menginspirasi banyak orang. 

Namun, penting bagi mereka untuk tidak melupakan kebutuhan akan kestabilan finansial dan kesehatan mental.

Dengan perencanaan yang matang dan kesadaran akan prioritas, Gen Z dapat menciptakan kehidupan yang seimbang antara mengejar kebahagiaan di masa kini dan mempersiapkan masa depan. 

Prinsip YOLO bukan berarti mengorbankan semuanya untuk kesenangan jangka pendek, tetapi menemukan cara untuk menikmati hidup dengan bijak dan bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun