Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kebiasaan Keuangan yang Perlu Ditanamkan Sejak Dini Agar Tidak Terjebak Utang

19 November 2024   06:00 Diperbarui: 19 November 2024   06:01 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan finansial tidak hanya bergantung pada besarnya penghasilan yang diperoleh, tetapi juga pada cara seseorang mengelola keuangan. 

Banyak orang dewasa yang merasa kesulitan mengatur keuangan, berutang di sana-sini, atau gagal mencapai tujuan finansial mereka. 

Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa akar dari permasalahan ini sering kali berasal dari kebiasaan kecil yang terbentuk sejak usia dini.

Pilihan-pilihan keuangan yang kita buat saat ini---baik bijaksana atau tidak---sering kali dipengaruhi oleh pola pikir dan kebiasaan yang telah tertanam sejak kecil. 

Jika seseorang dibiasakan menabung atau diajarkan untuk membuat keputusan keuangan yang bijak, maka kemampuan tersebut akan terbawa hingga dewasa. 

Sebaliknya, jika sejak kecil seseorang tidak pernah dikenalkan pada konsep pengelolaan keuangan yang baik, dampaknya dapat dirasakan hingga mereka memasuki dunia kerja atau membangun keluarga sendiri.

Pentingnya Menabung di Masa Kecil

Menabung sering kali dianggap sebagai aktivitas sederhana yang tidak terlalu signifikan, tetapi dampaknya pada pola pikir keuangan seseorang sangat besar. 

Kebiasaan menabung di masa kecil sering diperkenalkan melalui berbagai program, seperti tabungan di sekolah.

Pada program ini, anak-anak diminta untuk menyisihkan sebagian uang saku mereka. Jumlah yang ditabung mungkin kecil, tetapi ketika dikumpulkan selama beberapa bulan, hasilnya cukup signifikan. 

Tabungan ini kemudian diberikan kembali kepada anak-anak di akhir semester atau tahun ajaran. Meski terlihat sederhana, proses ini mengajarkan nilai-nilai penting dalam pengelolaan keuangan, seperti:

  1. Kesabaran
    Anak-anak belajar untuk menunda keinginan mereka. Mereka memahami bahwa hasil besar membutuhkan waktu dan usaha. Misalnya, jika mereka ingin membeli mainan yang mahal, mereka harus bersabar dan menabung terlebih dahulu.

  2. Disiplin Finansial
    Dengan menabung secara rutin, anak-anak belajar untuk menyisihkan uang secara teratur. Kebiasaan ini membantu mereka memahami pentingnya prioritas dalam keuangan.

  3. Kemampuan Merencanakan Keuangan
    Anak-anak yang terbiasa menabung akan memahami bahwa uang tidak hanya untuk dibelanjakan, tetapi juga untuk disiapkan untuk kebutuhan di masa depan.

Selain itu, menabung juga mengajarkan nilai tanggung jawab. Ketika anak-anak melihat hasil dari usaha menabung mereka, mereka akan merasa bangga dan lebih percaya diri dalam mengelola uang.

Berbelanja Bijak: Pentingnya Mengontrol Keinginan

Selain menabung, kebiasaan berbelanja juga memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir keuangan seseorang. 

Di era modern ini, kebiasaan konsumtif semakin meningkat, terutama karena pengaruh iklan dan kemudahan akses belanja online.

Namun, penting bagi anak-anak untuk memahami bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi. 

Jika mereka terbiasa membeli segala sesuatu yang mereka inginkan tanpa mempertimbangkan kebutuhan, mereka cenderung tumbuh menjadi individu yang boros dan impulsif.

Beberapa dampak negatif dari kebiasaan berbelanja tanpa pertimbangan adalah:

  1. Kesulitan Menahan Diri
    Anak-anak yang terbiasa mendapatkan apa saja yang mereka inginkan akan kesulitan menahan keinginan mereka di masa depan. Akibatnya, mereka mungkin kesulitan untuk mengelola pengeluaran mereka, terutama saat menghadapi situasi keuangan yang sulit.

  2. Kurangnya Kemampuan Mengatur Prioritas
    Tanpa pemahaman tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, anak-anak akan cenderung membelanjakan uang mereka untuk hal-hal yang tidak penting.

  3. Potensi Utang di Masa Dewasa
    Kebiasaan konsumtif ini dapat berlanjut hingga dewasa, di mana mereka mungkin mengandalkan utang atau kartu kredit untuk memenuhi gaya hidup mereka.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mengontrol keinginan. Ajarkan mereka untuk mempertimbangkan kebutuhan sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu.

Peran Orang Tua dalam Membentuk Kebiasaan Keuangan

Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kebiasaan keuangan anak. Anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang tua mereka. 

Jika orang tua menunjukkan kebiasaan mengelola uang dengan baik, seperti menabung, berbelanja secara bijak, atau merencanakan anggaran, anak-anak akan cenderung mengikuti jejak tersebut.

Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak membangun kebiasaan keuangan yang sehat adalah:

  1. Memberikan Uang Saku Secara Teratur
    Berikan anak uang saku dalam jumlah tertentu dan ajarkan mereka untuk mengatur sendiri uang tersebut. Misalnya, sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian untuk tabungan, dan sebagian lagi untuk hiburan.

  2. Mengenalkan Konsep Tabungan
    Selain menabung di sekolah, orang tua juga bisa menyediakan celengan di rumah. Ajak anak untuk menabung dari uang saku mereka dan bantu mereka menetapkan tujuan, seperti membeli mainan atau buku.

  3. Melibatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan Keuangan
    Libatkan anak saat Anda membuat keputusan keuangan, seperti berbelanja kebutuhan rumah tangga. Misalnya, minta mereka membantu memilih produk dengan harga terbaik atau menghitung total belanjaan.

  4. Memberikan Contoh Langsung
    Anak-anak adalah peniru ulung. Jika Anda menunjukkan kebiasaan berhemat, menabung, atau merencanakan anggaran, mereka akan meniru perilaku tersebut.

  5. Menggunakan Cerita atau Permainan
    Salah satu cara menyenangkan untuk mengenalkan konsep keuangan adalah melalui cerita atau permainan. Misalnya, permainan monopoli dapat mengajarkan anak tentang pengelolaan uang dan investasi.

Kebiasaan Baik vs. Kebiasaan Buruk

Untuk membantu anak-anak memahami pentingnya kebiasaan keuangan yang baik, Anda bisa memberikan contoh perbandingan antara dampak kebiasaan baik dan buruk.

Kebiasaan Baik:

  • Menabung secara rutin untuk tujuan tertentu.
  • Membeli barang berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan.
  • Merencanakan pengeluaran sebelum belanja.

Kebiasaan Buruk:

  • Menghabiskan uang tanpa mempertimbangkan anggaran.
  • Membeli barang hanya karena ingin mengikuti tren.
  • Mengabaikan pentingnya menabung.

Dengan memahami perbedaan ini, anak-anak akan lebih mudah mengenali dan memilih kebiasaan yang benar.

Kesimpulan

Kebiasaan keuangan yang baik tidak terbentuk dalam semalam. Itu adalah hasil dari proses belajar yang dimulai sejak kecil. 

Dengan menanamkan nilai-nilai seperti menabung, berbelanja secara bijak, dan merencanakan keuangan, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih cakap dalam mengelola uang mereka.

Sebaliknya, jika kebiasaan buruk dibiarkan berkembang, dampaknya dapat dirasakan hingga mereka dewasa. 

Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak untuk membangun kebiasaan keuangan yang sehat.

Ingatlah, langkah kecil seperti mengajarkan anak untuk menabung atau membatasi pengeluaran mereka hari ini akan membawa manfaat besar di masa depan. 

Karena kebiasaan keuangan yang baik dimulai dari kecil, dan keputusan yang Anda buat hari ini dapat menjadi fondasi keberhasilan finansial mereka di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun