Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Saldo yang Lapar

4 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 4 Oktober 2024   18:16 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saldo yang Lapar

Tabungan tergerus,
makan diam-diam.
Saldo tidur di sudut rekening,
lalu bermimpi tentang angka yang gemuk,
tapi bangun dengan tubuh yang semakin tipis.

Di jendela ATM, angka-angka
berbaris seperti pasukan kelelahan.
Rekening di bawah seratus juta,
menunduk dalam parade kehilangan.
Siapa yang sanggup menahan seretnya waktu?

Tabungan tak lagi sekadar simpanan,
ia jadi alat bertahan,
jadi roti yang dikunyah pelan-pelan,
jadi sepatu tua yang terus dipakai
meski sudah berlubang di ujungnya.

Aku lihat orang-orang,
mereka berjalan dengan mata yang kosong,
menggenggam saldo yang makin mengenaskan
seperti menggenggam kenangan lama
tentang hari-hari ketika angka
bercanda dalam rekening mereka.

Tapi jangan takut,
katanya waktu bisa menyembuhkan
seperti janji pemimpin baru
atau turunnya suku bunga.

Baca juga: Puisi: Kelas Online

Saldo bisa tumbuh lagi,
nanti, tiga bulan,
lima bulan,
sampai uang pulang dari perantauannya.
Untuk sementara,
mari berpegangan pada impian,
bahwa saldo bisa kembali gemuk
seperti dulu,
atau setidaknya, cukup untuk bertahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun