Apa Itu Slow Living?
Slow living adalah konsep hidup di mana seseorang dapat menikmati hidup dengan kesadaran penuh tanpa perlu terjebak dalam ambisi karir yang terlalu tinggi atau tuntutan pekerjaan yang berat.Â
Gaya hidup ini lebih menekankan pada kebahagiaan dan kepuasan pribadi, bukan pada pencapaian materi atau status sosial.Â
Dengan kata lain, slow living adalah tentang hidup dengan "les effort" (sedikit usaha) tetapi tetap menikmati hidup dengan cara yang bermakna dan positif.
Bayangkan, dengan slow living, kita bisa melakukan hal-hal yang kita suka, seperti berlibur, menghabiskan waktu di desa, atau hanya bersantai tanpa ada tekanan dari internal maupun eksternal.Â
Hidup terasa lebih tenang, terhindar dari stres yang sering kali datang dari pekerjaan atau tuntutan sosial.Â
Namun, konsep ini juga memerlukan sejumlah resources (sumber daya), baik itu dalam bentuk finansial, waktu, atau bahkan mental.
Apakah Slow Living Hanya untuk Mereka yang Mapan?
Pertanyaan besar yang sering muncul adalah, "Apakah slow living hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah mapan secara finansial, seperti manajer atau pengusaha?"Â
Pada kenyataannya, konsep ini bisa diadopsi oleh siapa saja, termasuk mereka yang berpenghasilan minimum (UMR).Â
Namun, bagi mereka yang penghasilannya terbatas, mencapai slow living mungkin memerlukan usaha ekstra, terutama dalam hal perencanaan keuangan.
Orang-orang dengan gaji UMR tetap bisa menjalani slow living, tetapi mereka harus lebih disiplin dalam mengelola keuangan. Misalnya, dengan merencanakan keuangan secara matang dan mengalokasikan pendapatan dengan bijak.Â