Kendaraan atau Pendidikan
Kita beli kendaraan
seperti membeli mimpi,
beroda dua, empat, atau lebih,
melesat di jalanan penuh harapan.
Bahan bakar adalah doa
agar tetap bisa berlari,
agar tak tersendat di simpang jalan,
atau mungkin, agar kita tak ketinggalan.
Rumah sewa itu nyaman,
tapi tak pernah menjadi milik.
Setiap bulan ada angka yang harus dibayar,
seperti menghitung jarak menuju kepastian,
tapi jarak itu tak pernah berkurang.
Anak-anak kita tumbuh,
sekolah itu mahal.
Tapi kita lebih sibuk memoles kilau mobil
daripada membangun masa depan mereka.
Di kota yang semakin ramai,
kita berlomba jadi bagian dari cerita besar,
tapi lupa---
mimpi yang kita kejar
tak selalu berarti kita aman dari jatuh.
Kendaraan membawa kita melaju,
tapi pendidikan adalah kompas
yang sering kita abaikan,
karena kita terlalu sibuk
mengejar kebahagiaan instan
yang belum tentu abadi.
Ah, kita lupa:
tangga sosial itu rapuh,
dan roda kendaraan tak selalu berputar ke atas.
Kelas menengah,
terkadang lebih banyak gaya
daripada tabungan.
Di akhir hari,
kita tanya diri sendiri:
Mana yang lebih berharga---
mobil di garasi
atau masa depan yang sudah terlupakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H