Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Lingkaran Utang

25 September 2024   18:00 Diperbarui: 25 September 2024   18:04 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lingkaran Utang

Kartu kredit mengedip dari dompet
"Bayar nanti, nikmati dulu," katanya,
sedang tagihan mengejar seperti bayangan
di trotoar yang tak pernah kering.

Pay later tiba-tiba menjadi pay forever.
Cicilan kecil itu seperti tetes hujan,
diam-diam menetes,
membanjiri pikiran di malam hari.

Aku membeli waktu,
membeli mimpi dalam diskon
yang tak pernah habis.
Namun, di akhir bulan,
semua yang dibeli berubah jadi angka,
dan angka-angka itu,
tak pernah pulang sendiri.

Di layar ponsel,
ada senyum,
ada saldo kosong,
dan di antara jeda,
aku memikirkan utang yang tak pernah selesai,
seperti berjalan di jalan raya
tanpa tahu di mana ujungnya.

Katanya,
hidup ini sederhana,
asal kita tahu batas.
Tapi, siapa yang bisa melihat batas
di balik layar promo?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun