Lingkaran Utang
Kartu kredit mengedip dari dompet
"Bayar nanti, nikmati dulu," katanya,
sedang tagihan mengejar seperti bayangan
di trotoar yang tak pernah kering.
Pay later tiba-tiba menjadi pay forever.
Cicilan kecil itu seperti tetes hujan,
diam-diam menetes,
membanjiri pikiran di malam hari.
Aku membeli waktu,
membeli mimpi dalam diskon
yang tak pernah habis.
Namun, di akhir bulan,
semua yang dibeli berubah jadi angka,
dan angka-angka itu,
tak pernah pulang sendiri.
Di layar ponsel,
ada senyum,
ada saldo kosong,
dan di antara jeda,
aku memikirkan utang yang tak pernah selesai,
seperti berjalan di jalan raya
tanpa tahu di mana ujungnya.
Katanya,
hidup ini sederhana,
asal kita tahu batas.
Tapi, siapa yang bisa melihat batas
di balik layar promo?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H