Jangan Takut Melangkah
Aku pernah ragu,
waktu melihat anak kecil itu,
jari-jarinya menari di atas tuts,
melahirkan Beethoven dari tubuh mungilnya.
Usiaku dua puluh tahun lebih tua,
tapi yang terasa,
hanyalah jarak yang semakin jauh,
antara aku dan keberanian.
"Kalau belum bisa, jangan coba-coba,"
suara dalam kepala terus bergema.
Lalu aku berhenti.
Bukan karena tidak ingin,
tapi karena takut gagal di depan mata orang lain.
Tapi sekarang aku paham,
belajar bukan soal siapa yang lebih cepat,
atau siapa yang sudah jago duluan.
Kita hanya perlu melangkah,
walau tertatih-tatih di awal,
walau jari-jariku masih bergetar di atas tuts pertama.
Aku ingat ejekan dulu,
seperti bola yang ditendang tanpa arah,
seperti suara seruling yang diputar balik.
Aku ingat tawa yang bukan dari kegembiraan,
tapi dari ketidaktahuan.
Namun kini, aku berdiri di depan piano itu lagi,
dengan keyakinan yang baru.
Jika aku gagal,
maka biarkan kegagalan itu mengajariku,
bahwa tak ada langkah yang sia-sia,
tak ada waktu yang terlambat untuk belajar.
Dan suara Beethoven di kejauhan,
hanyalah undangan
untuk terus bermain,
untuk terus mencoba,
seperti anak kecil yang tidak pernah takut,
walau baru pertama kali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H