Di era digital saat ini, kita sering kali dihadapkan pada berbagai produk keuangan yang menawarkan kemudahan dalam mengelola pengeluaran, mulai dari kartu kredit hingga layanan "pay later" serta pinjaman online (pinjol).Â
Kemajuan teknologi dan layanan keuangan telah memungkinkan kita untuk membeli barang, membayar tagihan, atau mendapatkan dana tunai dalam hitungan menit.Â
Sekilas, semua ini tampak seperti solusi cerdas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi ketika kita mendapati diri dalam situasi mendesak.
Namun, kemudahan ini bisa menjadi pedang bermata dua. Meskipun mempermudah hidup di permukaan, produk-produk keuangan ini bisa membawa kita masuk ke dalam lingkaran utang yang sulit diatasi jika tidak dikelola dengan bijak.Â
Tanpa disadari, utang kecil yang dianggap sepele lambat laun dapat menumpuk hingga menjadi beban finansial yang berat.
Mengapa Banyak Orang Terjebak dalam Utang?
Salah satu faktor utama yang menyebabkan banyak orang terjebak dalam utang adalah kepercayaan bahwa pinjaman kecil tidak akan membawa dampak signifikan pada keuangan pribadi.Â
Misalnya, menggunakan layanan "pay later" untuk membeli barang yang sebenarnya di luar jangkauan kita, atau berbelanja menggunakan kartu kredit dengan harapan bisa melunasi tagihan secara bertahap.Â
Banyak yang tidak menyadari bahwa produk keuangan ini sering kali disertai dengan suku bunga yang tinggi, yang semakin memperparah jumlah utang jika tidak dibayar tepat waktu.
Di samping itu, perkembangan budaya konsumtif juga mendorong banyak orang untuk terus membeli barang dan jasa meskipun tidak benar-benar membutuhkan.Â
Media sosial sering kali berperan sebagai katalis, memberikan tekanan sosial untuk selalu mengikuti tren terbaru dan memenuhi ekspektasi gaya hidup.Â