Liburan dan Dompet
Kepala pening, uang menipis.
Aku bertanya-tanya,
apakah jalan keluarnya ada di tiket pesawat,
atau di jalan-jalan aspal yang berdebu
menuju tempat yang katanya menenangkan.
Dompet bicara pelan,
"Aku lelah menunggu disisihkan,
entah dari gaji atau janji yang tertunda."
Mereka bilang, jalan-jalan itu penyelamat jiwa.
Tapi mengapa sepulang dari sana,
aku justru tambah gelisah?
Mungkin aku lupa,
bukan pantai atau pegunungan yang kutuju,
tapi pelarian dari kenyataan.
Tabungan tersisa,
dana darurat dipertaruhkan,
dan utang mengintip di balik layar notifikasi.
Ah, traveling.
Apakah kamu sebenarnya
penyembuh atau hanya candu yang menyamar?
Di antara angka-angka yang menari
dalam laporan keuangan,
aku rindu sepi.
Rindu duduk di rumah
tanpa perlu lari.
Namun, suara promosi tiket murah
menggoda seperti angin laut,
membawa janji manis
tentang kebebasan yang sementara.
Dan di antara keputusan yang tak kunjung kuambil,
aku sadar:
liburan bukanlah solusi,
tapi cara lain untuk menghindari diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H