Kelas Online
Orang-orang berbondong-bondong
masuk ruang maya,
mencari ilmu, katanya.
Dari layar ke layar,
mereka duduk sambil berdiri,
bercakap tanpa suara.
Ada yang datang mencari kaya,
mereka diajari cara menjual ludah.
"Investasi crypto,"
kata seseorang yang berwajah bercahaya,
seolah-olah langit bisa dijual
dalam koin digital.
Di sudut lain,
ada yang belajar viral,
"Bagaimana caranya jadi terkenal
tanpa harus jadi siapa-siapa?"
Kami punya jawabannya.
Lalu mereka terbang,
mengepakkan sayap di TikTok
dan Instagram,
berharap dunia tersenyum
dengan jutaan like.
Tapi di balik semua itu,
tak semua yang terjual adalah ilmu.
Ada yang hanya menjual ilusi,
seperti mimpi yang tak pernah selesai.
Kelas demi kelas,
tugas demi tugas,
apa yang mereka dapat?
Mungkin sekadar pelajaran
tentang bagaimana dunia
tak selalu seperti yang dijanjikan.
Di dunia maya,
guru tak selalu guru,
murid tak selalu belajar.
Yang dijual adalah waktu,
kepercayaan,
dan harapan yang kabur.
Tapi kita tetap duduk,
di depan layar yang tak pernah tidur,
mencoba memahami,
mencari makna
dari pelajaran yang terus bergulir
tanpa tanda selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H