Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cita-Cita di Tengah Realita

31 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 31 Agustus 2024   18:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cita-cita di Tengah Realita

Anak-anak di sekolah dasar
bercita-cita jadi presiden,
menyentuh langit dengan tangan mungilnya.
Mereka percaya dunia ini tak punya batas,
seperti permainan petak umpet yang tak pernah usai.

Tapi seiring usia bertambah,
mimpi itu menyusut,
tertinggal di sela-sela halaman buku pelajaran.
Realita menjelma cermin yang retak,
memantulkan bayangan yang tak sempurna.

Di meja makan,
ayah bicara tentang pekerjaan,
tentang gaji yang tak cukup beli mimpi.
Di ruang tamu, ibu mengeluh soal biaya sekolah,
menyisipkan kekhawatiran di sela-sela tawa.

Anak-anak tumbuh jadi remaja,
bingung memilih jalan,
seperti meniti titian rapuh di atas jurang.
Mereka belajar bahwa dunia ini bukan hanya soal cita-cita,
tapi juga soal bertahan di tengah badai.

Dan di luar sana,
langit tetap biru,
tapi tak lagi mengundang untuk disentuh.
Pola pikir beradaptasi,
mengikuti alur yang tak selalu mulus.

Baca juga: Ruang dalam Waktu

Kita berjalan,
menggenggam mimpi yang berubah bentuk,
belajar dari setiap goresan luka.
Realita bukan untuk dilawan,
tapi untuk dipeluk,
dengan hati yang terus terbuka,
dan pikiran yang tak pernah lelah mencari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun