Generasi di Persimpangan
Generasi yang lahir dari layar,
bertumbuh di bawah sinar biru,
berteman dengan kilatan notifikasi,
berdansa dengan algoritma.
Mereka bilang:
Generasi ini lembek,
mudah stres,
ingin serba instan,
gila kerja,
dan cepat lelah.
Tapi, siapa yang mengajarkan mereka
tentang dunia yang tak pernah tidur,
tentang tekanan dari angka-angka yang
tak pernah beristirahat,
tentang impian yang dibentuk dari pixel-pixel
di layar yang tak pernah mati?
Di balik punggung mereka,
ada layar-layar yang terus berkedip,
menunjukkan pemandangan hidup
yang hanya bisa dilihat dari kaca
yang tak pernah retak,
tapi selalu memantulkan bayangan
yang tak pernah cukup sempurna.
Di persimpangan ini,
mereka berdiri,
dengan saku penuh tagihan,
dan dompet yang tak pernah cukup berat
untuk membeli impian yang beredar
di timeline mereka.
Ada yang bilang,
mereka harus lebih bijak,
lebih hemat,
lebih tahu bagaimana
menabung mimpi-mimpi kecil
untuk membeli masa depan yang besar.
Tapi, siapa yang mengajarkan mereka
tentang hidup yang lebih dari sekadar
lomba kecepatan dengan bayangan sendiri?
Mereka adalah generasi
yang berjalan di atas tali tipis,
di antara jurang kecemasan
dan harapan,
diiringi oleh nyanyian mesin
yang tak pernah lelah bekerja.
Mereka bilang:
Generasi ini harus belajar,
tentang uang,
tentang hidup,
tentang bagaimana merawat
impian mereka agar tetap hidup
meski di dunia yang begitu cepat berubah.
Tapi siapa yang mengajarkan mereka
tentang cinta,
tentang istirahat,
tentang cara merangkul diri sendiri
di tengah hiruk-pikuk
yang tak pernah berhenti?