Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesawat yang Tak Pernah Mendarat

27 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 27 Agustus 2024   23:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesawat yang Tak Pernah Mendarat

Aku duduk di atas pesawat,
menuju sebuah tujuan yang pernah kuimpikan.
Langit biru dan awan putih,
melambai tanpa jeda, tanpa suara.
Di luar, dunia bergerak,
tapi di sini, waktu seakan membeku.

Kursi ini nyaman,
seperti kesuksesan yang pernah kupikir abadi.
Tapi mengapa rasanya ada yang hilang?
Mengapa jendela yang membingkai pemandangan indah
malah jadi penjara yang mengunci diri?

Baca juga: Air Tak Bermata

Di bawah sana,
rumah-rumah kecil dan jalanan yang dulu kujelajahi,
tak lagi memanggilku pulang.
Tujuan yang kutuju,
seperti bayangan yang semakin pudar,
tak pernah kutemui,
tak pernah kujangkau.

Pesawat ini tak pernah mendarat,
terus melayang di langit tanpa batas,
seperti pencapaian yang kugenggam
namun tak pernah benar-benar kumiliki.

Kebahagiaan, katanya,
adalah tujuan akhir dari perjalanan ini.
Tapi aku tahu,
kebahagiaan itu seperti ombak,
menerjang, menyapu,
lalu hilang tak berbekas.
Dan aku,
masih di sini,
duduk dalam pesawat yang tak pernah mendarat.

Mungkin,
aku harus belajar
menemukan makna di antara awan-awan ini,
di antara kursi-kursi kosong yang mulai kuhafal bentuknya,
mungkin,
aku harus belajar
bahwa hidup bukan hanya tentang sampai di tujuan,
tapi tentang bagaimana aku menikmati perjalanan
tanpa akhir ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun