Pilkada Tanpa Kotak Kosong
Hari itu tiba,
suara-suara berbaris rapi,
tanpa kotak kosong, tanpa ruang hampa.
Semua berhak dipilih,
dari ujung gang sampai balai kota.
Kertas suara berbisik,
calon independen masih berdiri,
meski di balik bisik-bisik kota,
ada yang berkata, "Itu boneka."
Tapi siapa peduli?
Boneka juga punya mimpi,
punya tangan yang menggenggam janji.
Di bilik suara,
kita memilih bukan karena rupa,
bukan karena suara-suara yang hampa.
Kita memilih karena harap,
karena kota ini perlu lebih dari sekadar boneka.
Pilkada tanpa kotak kosong,
tanpa bayang-bayang kosong.
Di antara deret nama,
ada yang sebenarnya hidup,
berdenyut dengan janji yang diam-diam kita simpan di dada.
Dan meski katanya ada boneka,
kita tahu,
yang kita pilih adalah harap,
bukan sekadar nama.