Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mesin Cuci

21 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 21 Agustus 2024   21:15 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mesin Cuci

Mesin cuci adalah pahlawan tanpa wajah,
berputar di sudut sunyi,
menelan debu dan kotoran
tanpa keluh, tanpa letih.

Ia tahu cerita tiap noda,
jejak keringat yang tersisa
pada kemeja yang kau pakai
ketika mimpi masih basah di ujung mata.

Mesin cuci, teman setia
yang tak pernah meminta pujian,
meski jasanya tak pernah absen
membuat warna-warni hidupmu
tetap terang dan bersih.

Di tengah putarannya,
ia menyimpan rahasia kain
yang jatuh cinta pada aroma sabun
dan sentuhan air yang lembut.

Kau biarkan ia bekerja,
menghapus kenangan
pada serat-serat yang lelah,
menyiapkan mereka
untuk kisah baru esok hari.

Mesin cuci,
lebih dari sekadar mesin,
ia adalah penghapus jejak harianmu,
penjaga kehangatan
yang menyelamatkan waktu dan tenaga,
agar kau bisa terus bermimpi
dalam lembaran yang bersih dan wangi.

Baca juga: Pindah Kota

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun