Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepuluh Ribu Langkah

20 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 20 Agustus 2024   18:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh Ribu Langkah

Setiap pagi, aku mengukur waktu
dengan langkah-langkah kecil,
sepuluh ribu kata yang kutulis di atas aspal.
Jalan setapak menjadi puisi
yang tak pernah selesai,
mengurai nafas, menjalin detak.

Di sudut-sudut kota, tubuhku
berdialog dengan bayang-bayang pohon,
bercakap-cakap dengan udara yang mengalir
seperti percakapan lama
antara aku dan tubuhku sendiri.

Baca juga: Pindah Kota

Seribu langkah pertama,
tubuh menggerutu,
masih merindukan ranjang dan mimpi-mimpi pendek.
Tapi setelah tiga ribu,
dunia mulai terbuka,
seperti buku yang baru dibaca,
halaman demi halaman,
tanpa jeda.

Langkah keenam ribu,
aku sudah tak lagi menghitung.
Tubuhku jadi angin,
melintasi trotoar dan gang-gang sempit,
melipat jarak dengan ringan,
seperti kata-kata yang menari di atas kertas.

Sepuluh ribu langkah,
akhirnya aku sampai
pada pagi yang baru.
Tubuhku menjadi puisi,
mencatat cerita keseharian
dalam ritme yang konsisten,
mengucap syukur dalam setiap gerak,
dan di sana, aku menemukan diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun