Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Medali dari Tebing dan Beban

18 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 18 Agustus 2024   18:07 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu, kita selalu menunggu
kibasan raket, tepukan shuttlecock
yang menggantung di ujung harapan
seperti bendera yang ingin berkibar.

Tapi kali ini,
medali emas jatuh di pundak lain.
Di atas panggung,
seorang lelaki mengangkat dunia,
dengan kekuatan yang disimpan dalam diam,
mematahkan batas,
seperti gunung yang tak pernah lelah tumbuh.

Dan di dinding batu,
tangan-tangan yang mencakar langit
menyentuh kemenangan,
diiringi napas yang tertahan,
saat kaki-kaki menginjak angin
dan jari-jari menggenggam awan.

Tak lagi kita hanya menunggu suara pukulan
dari lapangan hijau.
Kini kita belajar dari besi dan batu,
dari kekuatan yang tak terlihat
di balik otot yang meregang,
di antara jemari yang terus merayap.

Medali emas bukan lagi monopoli.
Ia kini milik mereka yang tak dikenal,
dari mereka yang mendaki,
dan mengangkat lebih dari sekadar beban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun