Kebiasaan ini cenderung menjadi rutinitas yang berulang setiap kali mereka menerima gaji. Akibatnya, mereka sering kali tidak tahu uang mereka digunakan untuk apa saja, dan terjebak dalam siklus pengeluaran yang sia-sia.Â
Mereka mungkin membeli barang-barang yang tidak benar-benar meningkatkan kualitas hidup mereka atau bahkan merugikan kesehatan mereka.Â
Hal ini menciptakan siklus pengeluaran yang membuat mereka sulit untuk membangun kekayaan atau meraih kemajuan finansial.
Pola Pikir Kelas Menengah
Orang-orang di kelas menengah mungkin tidak menghadapi kesulitan finansial yang sama seperti kelas bawah, tetapi mereka juga tidak bisa disebut kaya.Â
Bagi mereka, uang sering kali menjadi alat untuk menikmati hidup dan pamer.Â
Mereka mungkin membeli barang-barang yang dianggap "fancy" seperti gadget terbaru, pakaian bermerek, atau kendaraan dengan cicilan yang melebihi kemampuan mereka. Barang-barang ini sering kali memiliki nilai yang menurun seiring waktu.
Gaya hidup ini memberikan kepuasan sementara dan bisa menimbulkan kesan sukses di mata orang lain, tetapi dampak finansialnya dapat bertahan jauh lebih lama.Â
Gaya hidup yang tidak sesuai dengan penghasilan ini sering kali menghambat kelas menengah untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang mereka.Â
Mereka sering kali tergoda untuk menggunakan kredit demi membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mampu mereka beli secara tunai.Â
Akibatnya, mereka terjebak dalam utang dan harus bekerja keras hanya untuk membayar cicilan tanpa memiliki tabungan atau aset yang berarti.
Lebih jauh lagi, gaya hidup ini menyebabkan banyak orang kelas menengah terjebak dalam rutinitas kerja yang monoton.Â