Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Ayah di Pintu Sekolah

15 Juli 2024   18:00 Diperbarui: 15 Juli 2024   21:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seorang Ayah di Pintu Sekolah

Di pagi yang merayap pelan,
di antara embun yang tersisa di daun,
seorang ayah berdiri di depan pintu sekolah,
jantungnya seperti genderang perang,
berdegup tak menentu.

Anak kecilnya, dengan seragam yang masih harum lipatan,
melangkah ragu, tangannya menggenggam erat.
Ayah ingin berkata, "Jangan takut, Nak,"
tapi suaranya tertahan di tenggorokan,
karena dia sendiri pun dilanda cemas.

Bayangan anaknya, yang dulu hanya tahu dekapan,
kini berdiri di hadapan dunia yang lebih luas,
yang penuh warna dan suara yang belum dikenalnya.
Ayah tahu, di sana ada tawa dan tangis,
kawan dan pelajaran yang tak selalu mudah.

Dia tersenyum, meski hatinya gemuruh.
Ini adalah langkah pertama yang besar,
seperti menonton anak burung belajar terbang,
dan dia, sang ayah, hanya bisa berdoa,
agar sayap-sayap kecil itu kuat menahan angin.

Gembira dan takut bercampur di dadanya,
seperti dua warna yang berbaur di langit fajar.
Dia bangga, meski sedikit enggan melepaskan.
Hari ini, di depan pintu sekolah,
dia belajar melepaskan anaknya pada dunia,
sambil tetap menjaga dalam doanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun