Kematian akibat karoshi umumnya disebabkan oleh penyakit fatal seperti stroke atau serangan jantung. Namun, stres dan depresi yang muncul akibat tekanan kerja juga menjadi penyebab bunuh diri di kalangan pekerja Jepang.Â
Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa seseorang yang bekerja lebih dari 12 jam per hari selama bertahun-tahun cenderung mengalami gangguan kesehatan dan mental.
Budaya Kerja Ekstrem: Pengorbanan yang Terlalu Besar
Budaya kerja ekstrem di Jepang menghasilkan contoh-contoh yang benar-benar ekstrem. Beberapa pekerja dilaporkan bekerja lebih dari 4000 jam dalam setahun, setara dengan lima bulan penuh bekerja dan lembur tanpa henti.Â
Fenomena ini mencerminkan bagaimana budaya korporat yang bersifat kompetitif dan menuntut dapat mendorong individu untuk mengorbankan waktu istirahat dan kehidupan pribadi demi mencapai target kerja yang tinggi.
Faktor penyebab budaya kerja ekstrem yang meluas di Jepang mencakup prinsip harga diri yang tinggi. Seseorang akan merasa malu jika tidak bisa bekerja sekeras atau sepanjang waktu seperti rekan kerjanya.Â
Selain itu, ancaman pemecatan dan diskriminasi oleh manajemen perusahaan terhadap pekerja yang tidak memenuhi standar kekerasan kerja telah menjadi aturan tidak tertulis dalam dunia kerja Jepang.
Pekerja Jepang sering kali merasa terjebak dalam lingkaran setan ini, di mana bekerja lebih keras dan lebih lama menjadi norma yang sulit untuk dilanggar.Â
Bahkan, banyak pekerja yang bekerja secara lembur siang dan malam seringkali tidak dibayar sesuai dengan upaya dan waktu kerja yang mereka curahkan.
Langkah Pemerintah dan Upaya Mengatasi Budaya Kerja Ekstrem
Menghadapi tantangan budaya kerja yang berlebihan, pemerintah Jepang telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi isu ini.Â
Aturan dan regulasi diterapkan untuk membatasi jam kerja, dan perusahaan diwajibkan untuk memastikan agar pegawai mengambil cuti dan libur yang telah disediakan.Â
Meskipun demikian, perlu diakui bahwa upaya ini belum mencapai titik di mana budaya kerja yang seimbang benar-benar terwujud.