Sejak awal abad ke-20, dunia fashion telah mengalami perkembangan yang sangat dinamis, menciptakan tren dan gaya yang selalu berubah seiring waktu.Â
Pada era digital ini, media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, telah menjadi kekuatan besar yang merangsang perubahan fashion dengan kecepatan yang semakin meningkat.Â
Dalam arena ini, pengaruh para influencer dan konten kreatif telah menjadi katalisator utama, membentuk pandangan global tentang estetika dan citra diri.
Namun, di balik kemewahan perkembangan ini, terbentang dinamika kompleks antara tren fashion yang cepat dan dampak negatifnya, khususnya melalui fenomena yang dikenal sebagai fast fashion.Â
Fast fashion tidak hanya menciptakan tekanan pada lingkungan melalui produksi massal yang menghasilkan limbah tekstil, tetapi juga menciptakan kondisi kerja yang kurang adil di industri garmen.
Dalam upaya untuk menyuarakan keberlanjutan dan etika dalam fashion, muncul gerakan slow fashion yang mendorong kesadaran konsumen terhadap dampak pilihan mode mereka.
Perubahan Tren dari Casual Vintage ke Old Money Fashion
Pada tahun 2022, kita menyaksikan dominasi tren casual vintage dalam dunia fashion. Gaya ini mengusung sentuhan nostalgia dengan penekanan pada kesederhanaan dan kenyamanan.Â
Namun, seiring bergulirnya waktu, tahun 2023 membawa angin segar dengan munculnya tren baru yang dikenal sebagai "Old Money Fashion."
Gaya ini membawa konsep pakaian elegan, berkualitas, dan mewah, mengingatkan pada gaya berpakaian keluarga bangsawan zaman dulu.
Meskipun Old Money Fashion tidak menjadi isu, perhatian mulai muncul ketika melihat bagaimana brand-brand fashion mengembangkan produk dengan dua konsep yang seolah bertentangan: Old Money Fashion yang menekankan kualitas dan elegansi, sementara fast fashion fokus pada produksi massal dengan harga terjangkau.