Industri konser, tidak hanya menjadi wadah bagi artis untuk bersinar dan berkolaborasi, namun juga menjelma menjadi sumber pendapatan yang signifikan.Â
Artis-artis terkenal tidak hanya mendapatkan keuntungan dari penjualan tiket, tetapi juga dari penjualan merchandise dan dukungan sponsor.Â
Sebagai contoh, penampilan Blackpink dan Coldplay di sebuah konser bisa menghasilkan pendapatan miliaran rupiah, menandai besarnya dampak ekonomi yang dimiliki oleh industri konser.
Meskipun pendapatan besar tercipta, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah mengapa tiket konser di Indonesia terasa mahal.Â
Dalam menyusun pemahaman kita, kita akan membongkar beberapa elemen yang mungkin menjadi pendorong mahalnya harga tiket.
Faktor Kapitalisme: Penentu Harga Berdasarkan Permintaan dan Penawaran
Dalam era kapitalisme, harga tiket konser sebagian besar ditentukan oleh hukum dasar pasar, yakni aturan supply dan demand.Â
Jika permintaan tinggi sementara tiket terbatas, penyelenggara konser memiliki keleluasaan untuk menetapkan harga tiket lebih tinggi.Â
Dalam konteks ini, ketidakseimbangan nilai tukar rupiah yang cenderung rendah dan kebijakan harga di setiap stadion dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penentuan harga tiket.
Terlebih lagi, jumlah stadion di Indonesia yang dapat menggelar konser besar relatif terbatas, menciptakan keadaan di mana persaingan antar tempat konser menjadi minim.Â
Situasi ini memberikan peluang bagi penyelenggara untuk menetapkan harga tiket lebih tinggi tanpa harus khawatir kehilangan pangsa pasar.