Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Toko Buku Tersingkir: Pelajaran dan Peluang bagi Dunia Literasi

23 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   18:06 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi toko buku. sumber: freepik

Toko Buku Gunung Agung, setelah beroperasi selama 70 tahun, akhirnya mengumumkan pengunduran diri dan penutupan. Sebagai pecinta buku, kami merasa sedih mendengar kabar ini. 

Tentu saja, pertanyaan muncul dalam pikiran kita: Apakah minat membaca telah menurun?

Saya yakin segera akan ada orang-orang yang berpendapat demikian, mengingat banyaknya orang yang sepertinya tidak lagi menyukai membaca. Namun, menurut pendapat saya, orang-orang masih sangat tertarik untuk membaca. Perbedaannya terletak pada apa yang mereka baca.

Dalam masyarakat yang semakin kritis dan penuh dengan saingan yang menarik, seperti video dan konten singkat di media sosial, minat membaca buku memang menghadapi tantangan. 

Pilihan hiburan yang tersedia semakin luas, dan penyedia buku harus mempertimbangkan hal ini. Namun, hal ini tidak berarti bahwa keinginan untuk membaca telah hilang sama sekali. 

Saya pernah mengunjungi beberapa Book Fair, baik di Surabaya, Malang maupun kota-kota lain di Jawa Timur, dan menemukan bahwa minat membaca masih sangat tinggi di kalangan masyarakat. 

Hal yang sama juga terjadi di seluruh dunia, seperti yang saya saksikan baru-baru ini di beberapa pameran buku di beberapa mal yang ramai. Bahkan, ada orang-orang yang datang dari jam 5 pagi hanya untuk mendapatkan buku berkualitas dengan diskon menarik.

Sekarang, ada versi komik dari buku-buku berat yang juga banyak diminati oleh anak-anak. Mereka mulai dari membaca komik dan kemudian mencari versi yang lebih tebal setelahnya. Komik ini menjadi pintu gerbang untuk memperkenalkan mereka pada buku-buku yang lebih dalam.

Selain itu, saya juga mendengar bahwa penulis buku-buku serius saat ini sedang populer. Mereka berhasil mendapatkan tempat di hati pembaca. 

Jadi, kesimpulannya bahwa penutupan toko buku Gunung Agung bukan disebabkan oleh penurunan minat membaca atau situasi ekonomi yang sulit. 

Toko buku, sama seperti restoran atau bisnis lainnya, ada yang tutup dan ada yang tetap bertahan. Contohnya, toko buku Restu yang berdiri sejak tahun 1970-an masih beroperasi hingga sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun