Ada beberapa argumen yang mendukung dan menentang keputusan membuka kembali ekspor pasir setelah 20 tahun larangan.
Para pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa kegiatan ekspor pasir dapat memberikan manfaat ekonomi yang tidak langsung. Mereka berpendapat bahwa ekspor pasir dapat membuka peluang investasi baru dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Selain itu, pendukung kebijakan ini berargumen bahwa dengan pengaturan yang tepat, dampak negatif terhadap ekosistem laut dapat diminimalkan.
Di sisi lain, para penentang kebijakan ini menekankan bahwa pendapatan yang dihasilkan dari ekspor pasir tidak sebanding dengan kerusakan ekologis yang ditimbulkannya.Â
Mereka berpendapat bahwa kebijakan ini tidak memperhitungkan nilai jangka panjang dari ekosistem laut yang sehat dan berkelanjutan.Â
Penentang kebijakan ini juga mengkritik kurangnya kajian ilmiah yang komprehensif tentang dampak ekspor pasir terhadap ekosistem laut sebelum pengambilan keputusan.
Alternatif yang Lebih Berkelanjutan
Sebagai alternatif, pemerintah sebaiknya mengarahkan perhatian dan sumber daya untuk mengembangkan sektor ekonomi yang lebih berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah investasi dalam energi terbarukan.Â
Dengan memprioritaskan pengembangan sumber energi terbarukan, negara dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kemandirian energi, dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas.Â
Selain itu, sektor energi terbarukan juga memiliki potensi untuk menarik investasi asing dan meningkatkan pendapatan negara dalam jangka panjang.
Pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan juga menjadi alternatif yang menjanjikan. Negara yang memiliki kekayaan alam yang indah, termasuk ekosistem laut yang sehat, dapat menjadi tujuan wisata yang menarik.Â
Dengan mempromosikan pariwisata berkelanjutan, pemerintah dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, menciptakan lapangan kerja di sektor ini, dan memperoleh pemasukan dari pajak pariwisata.