Kompasianer,
Kembali bedah buku kali ini, membedah buku yang diterbitkan oleh PT. Swasembada Media Bisnis dan PLN Corporate University, kali ini yang dibedah pada bagian V "Corporate University & Pepole Development" pada Bab 18, sebuah tulisan dari Indrijati Rahayoeningtyas saat ini menduduki jabatan sebagai Chief HR Officer PT Prudential Life Insurance Indonesia sempat beberapa kali memegang jabatan penting seperti di PT Unilever Indonesia, Ble Bird Group Holding dan menjabat sebagai Direktur HR, menyelesaikan S1pada Teknik Industri Institut Teknologi Bandung tahun 1991.
Judul buku yang dibedah "Peran Corporate University dalam Pengembangan Kompetensi di Era VUCA"
 VUCA dan Pengembangan Kompetensi
Esensi pembelajaran adalah belajar dari masa depan. Perubahan teknologi terjadi dengan begitu cepatnya seiring dengan berkembangnya teknologi 5G, blockchain, artificial intelligence, machine learning, big data, IOT, dan augmented reality.Â
Perubahan teknologi ini terjadi dengan begitu cepatnya sampai istilah VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity) menjadi populer --bahkan, kini beberapa pakar memperkenalkan istilah TUNA (turbulence, uncertainty, novelty, dan ambiguity). Situasi VUCA (ataupun TUNA) menuntut organisasi menjadi agile dan memiliki learning culture agar tidak menjadi korban seperti Nokia, Kodak, ataupun Blackberry.
Dua Kompetensi Paling Penting
- Learning Agility: kemampuan belajar dengan cepat
- Adaptability: kemampuan beradaptasi dengan cepat
 Tiga Jenis Organisasi
- Organisasi Muda, yang by nature lahir di dunia yang berubah, sehingga tidak perlu belajar karena organisasi seperti ni sudah terbiasa dengan sesuatu yang serba cepat.
- Contoh: Tokppedia, Gojek, Bukalapak, dan Lazada.
- Perusahaan Very Hard untuk transformasi.
- Contoh: perusahaan transportasi, perbankan, asuransi, dan kesehatan.
- Perusahaan yang belum terkena atau masih belum terlihat terkena dampak perubahan yang sangat cepat.
- Contoh: manufacturing, IOT (Internet of Things), FMCG (Fast Moving Consumer Goods).
 Tugas Pemimpin
- Memastikan orang-orang dalam organisasinya terbuka (open minded),mau belajar dari organisasi lain.
- Leader harus mampu men-drive untuk berubah.
Ada potensi model 70:20:10 berubah, memungkinkan porsi 10% akan makin sedikit. Perusahaan mengandalkan experiental learning (70%). Porsi 20% belajar dari Google, dan 10% ke self learning.
Ke depan corpu dapat lebih banyak megadopsi metode pembelajaran sharing, yaitu belajarnya dari siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.