Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Kisah Kelurgaku, Mana Kisah Keluargamu?

27 Oktober 2019   08:26 Diperbarui: 27 Oktober 2019   12:03 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkumpul dengan keluarga selagi ada kesempatan, selalu ada petuah yang disampaikan walau sedikit, itulah kebiasaan keluargaku dahulu, yang aku turunkan sekarang kepada generasi keluargaku, sekarang anak-anak sudah dewasa, sudah kesulitan kalau mengajak jalan-jalan atau wisata karena mereka sudah punya dunia sendiri.

Kalau dulu saat mereka masih kanak-kanak, selalu menunggu hari sabtu atau hari minggu, atau kalau ada tanggal merah, bahkan tidak jarang baru saja sampai di rumah sudah bertanya, Sabtu-Minggu depan kita kemana lagi pa ??

Itu dahulu, saat mereka masih TK, SD, SMP tapi sejak mereka SMA, sudah jarang dan sudah sedikit sulit walau kadang tiga bulan sekali baru ada kesempatan lagi bersama mereka,  itupun kadang dari ketiga anak kami, satu tidak bisa ikut, apalgi setelah mereka kuliah dan ada yang sudah bekerja, ya....

Sejak tiga tahun ini akhirnya tinggal kami berdua yang meluangkan waktu setiap minggu atau dua minggu sekali berlibur, kadang keluar kota, kadang hanya menyusuri tempat-tempat wisata di sekitar Bogor, baik itu tempat yang baru atau tempat yang sudah berkali-kali kami datangi.

Inilah yang sering saya sampaikan kepada ketiga anakku, kalau kalian nanti sudah berumah tangga, selagi memiliki waktu, terus bersama keluarga, karena kalau sudah seperti kalian sekarang sudah susah untuk kita berkumpul bersama.

Sebelum saya menyampaikan petuah, kami lihat bersama dokumenter-dokumenter perjalanan kami ke seluruh Indonesia, karena dokumenter vidio dan foto-foto ini sudah diolah, dan akan dilihat kapan-kapan mau, dokumen ini sejak tahun 1994 sampai saat ini, semua tertata dengan rapi dan baik, serta tertulis tanggal dan waktu.

Kadang gelak tawa kami bersama melihat rekaman yang konyol, atau foto-foto saat mereka kecil-kecil yang lucu dan kadang memalukan, bahkan ada yang nyeletuk, yang ini nanti delete ya pa, malu.....

Malam ini sudah jarang kami lalui bersama, hari ini semua ngumpul, yang sudah kerja datang kemarin, yang kuliah dan yang masih sekolah, karena tiga minggu lagi anak kami tertua akan menikah, dia sudah memiliki dunia sendiri lagi nantinya, ...

Malam ini petuah yang saya sampaikan tentang Sultan Murad, bukan karena orang tua saya bernama Murad atau kakek mereka bernama Murad, tapi kisah ini sangat layak di ceritakan apalagi pada masa-masa seperti sekarang ini, karena sekarang kita sering menilai orang lain dari sisi lahiriahnya saja, atau menilai seseorang karena ucapan dan pendapat orang lain, padahal sangat banyak yang tidak kita ketahui.....

Boleh jadi orang yang kita anggap selama ini akan masuk kedalam Neraka jahanam karena kelakuannya padahal dia adalah penghuni surga Firdaus...

Di ceritakan pada masa itu, Sultan merasa gelisah malam ini, entah apa yang terjadi, dia kumpulkan semua penasehatnya, ada apa malam ini dia sangat gelisah dan galau tidak seperti malam-malam sebelumnya, akhirnya dia dan penasehatnya memakai pakaian rakyat biasa dan berjalan keliling perkampungan-perkampungan.

Singkat cerita sampailah mereka di satu lorong yang sempit, mereka bertemu dengan sesosok mayat yang ada di jalanan, semua orang mengacuhkannya, lalu lalang orang disisi jenajahnya.

Setelah sultan Murad mendekat dan melihat benar orang ini telah meninggal dunia, sultan bertanya dengan orang sekitar, siapa orang ini, karena orang-orang mengacuhkanya, dan orang-orang tidak mengetahui kalau dia adalah sultan Murad.

"Orang ini Zindiq, suka menegak minuman keras dan berzina."

"Tapi bukankah orang ini umat Muhammad." Jelas Sultan

"Ayo kita angkat jenajah ini bersama, kita bawa kerumahnya." Kata Sultan

Sesampai dirumah, semua orang langsung pergi, tinggal Sultan bersama penasehat-penasehatnya, melihat suaminya meninggal si istri menangis, dalam tangisnya si istri berucap." Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.......Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh."

Mendengar ucapan itu sultan Murad kaget...."Bagaimana mungkin ia termasuk Wali Allah, sementara orang-orang berkata tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya."

"Sudah kuduga pasti akan begini....."Si istri menjawab

"Setiap malam suamiku pergi ketoko-toko yang menjual minuman keras, dia membeli minuman keras pergi ke toko-toko sejauh yang dia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawa kerumah lalu ditumpahkanya di dalam toilet, seraya berkata."Aku telah meringankan dosa kaum muslimin."

Dia juga suka pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata."Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi."

Kemudian dia pulang kerumah dan berkata kepada ku."Alhamdulillah malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan dosa para pemuda-pemuda Islam."

Suatu kali aku pernah berkata kepada suami ku."Kalau kamu mati nanti tidak ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu." Ia hanya tertawa dan berkata."Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati Sultanya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya."

Sultan Murad menangis mendengar penjelasan itu dan dia berkata. "Benar !! Demi Allah, akulah Sultan Murad dan besok pagi kita akan memandikan dan mensholatkannya serta menguburkannya."

Bogor, 27102019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun