Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek

27 September 2019   06:32 Diperbarui: 27 September 2019   06:41 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia masih menitikan air mata, rasa sedih yang begitu dalam, akan kematian kakeknya, melebihi dari segalanya, bahkan dia berpendapat, andai yang terbaring di pembaringan ini adalah ayahnya, dia tidak akan terpukul seperti ini, karena hanya kakeknya lah selama ini yang selalu ada waktu setiap saat, saat dia membutuhkannya, kakeknya selalu ada, saat dia sarapan, saat dia akan sekolah, saat dia pulang sekolah dan saat dia dan kawan-kawannya lagi bermain di rumah.

Ayah dan Ibunya jarang-jarng kemari, paling hanya satu bulan satu kali, itupun hanya menginap semalam kemudian pergi lagi, mengikuti rutinitas mencari keduniaan.

Sejak Sekolah Menengah Pertama Ingrit sudah tinggal bersama kakek dan neneknya, Ingrit tidak bisa tinggal di Jakarta seperti Ayah dan Ibunya, suasana Jakarta penuh dengan kemacetan adalah alasan utama kenapa dia mau tinggal bersama kakek dan neneknya di Balikpapan.

Di usia tujuh puluh dua tahun, kakeknya pergi meninggalkan semua, karena serangan jantung yang tiba-tiba, saat kakek lagi melihat-lihat tanaman di kebun samping rumah, tanaman yang di tanam nenek dan kakek. 

Hampir setiap pagi kalau cuaca cerah, kakek dan nenek menghabiskan pagi disini, menanam buah-buahan dan sayuran, untuk mengisi waktu tuanya berdua.

Tadi pagi saat nenek lagi memetik selada yang di tanam menggunakan paralon secara hedroponik, kakek yang melihat aliran air dari parolan, tiba-tiba kakek memegang dadanya, dan terdengar kata "Allah" keluar dari mulutnya, bersamaan dengan itu, kakek terjatuh tepat di samping nenek yang sedang jongkok memotong selada yang akan di petik.

Nenek berucap istigfar dan berteriak minta tolong dengan tetangga, para tetangga dalam hitungan detik sudah berdatangan, dan mengangkat kakek membawanya masuk kedalam rumah dan membaringkan ke tempat tidur, kakek sudah tidak dapat bicara, matanyapun terpejam, ada tetangga yang membawa mobil dan membawa kakek langsung ke Rumah Sakit, namun sampai Rumah Sakit ternyata kakek sudah dinyatakan meninggal dunia, entah apakah meninggalnya saat berucap "Allah" atau saat di perjalanan.

Aku sendiri baru tahu kakek meninggal setelah tiba di rumah, tadi baru mau memulai pelajaran pertama, wali kelas 12 A, wali kelas Ingrit masuk ruangan dan mengatakan kakek sedang sakit aku di minta pulang, ada tetangga yang menjemput ke sekolah, tadi pagi sebelum aku pamit ke sekolah, kakek aku lihat segar dan sehat saja bersama nenek, jadi tidak ada sedikitpun pirasatku yang mengatakan kakek sudah tiada.

Betapa terkejutnya sampai dirumah, sudah banyak tetangga yang datang, semua bilang sabar neng ingrit, aku melihat nenek bersimpuh di depan sesosok tubuh yang sudah ditutup kain, aku melihat nenek berusaha tabah, walau terlihat jelas raut kesedihan di wajah beliau, aku menangis memeluk jasad kakek, nenek membiarkan aku seperti itu, hanya beberapa tetangga yang aku kenal mencoba menyabarkan dan mehanan gerakku, aku tetap bertahan memeluk dan menangisi kakek.

Jasad kakek baru selesai dimandikan, dan sudah di kafani, belum ditutup wajah beliau dengan kain, karena menunggu Ayah dan Ibuku yang sebentar lagi akan datang dari Jakarta, pesawatnya sudah mendarat di bandara, sekarang perjalanan dari bandara menuju rumah.

Tanah pekuburan masih basah, jasad kakek baru dikebumikan, aku masih diam di pusara kakek, tadi sebelum di sholatkan dan sebelum ditutup aku  lama melihat wajah kakek, seperti orang yang tidur dalam senyum, orang yang baik, selalu melaksanakan perintah Allah, mengaji, beramal seperti yang kakek ajarkan kepada ku setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun