Catur bersandar pada daun pintu, suara langkah kaki bos terdengar mulai menjauh, kemudian hilang sama sekali, mengalir air mata yang sedari tadi di tahannya, antara menyimpan amanah dan rasa iba, kasihan, sedih bercampur menjadi satu.
Baru saja pak Markus Susilo bosnya, bercerita panjang lebar, dan Catur hanya boleh mendengar dan tidak boleh bertanya, waktu lima belas menit si bos bicara, adalah waktu yang sangat panjang, seakan satu hari satu malam si bos bercerita dan Catur hanya boleh mendengar tidak boleh bertanya.
"Pak Catur lembur." Suara bang Jack satpam paling senior di kantor, membuyarkan lamunan Catur.
Dia tidak menjawab tetapi melihat jam tangan yang dikenakannya, jam menunjukan pukul 18.02.
"Liat sikon." Kata Catur
"Saya Sholat magrib dulu." Lanjutnya
Catur keluar ruangan kerjanya diikuti bang Jack, menuju tempat parkir dimana terdapat mushola kantor yang minimalis, melaksanakan sholat magrib sendiri, karena semua pegawai sudah pulang, termasuk si bos, hanya Jack satpam yang ada berkeliling mecek semua ruangan, mematikan lampu dan AC serta perlengkapan listrik yang lain, kalau ada pegawai yang lupa untuk mematikan.
Selesai sholat, Catur mengambil Al-Qur`an di rak pojok ruangan mushola, sudah lama dia tidak memegang dan membaca Al-Qur`an bathinnya.
Catur terus membaca perlahan, tak terasa waktu sholat Isya telah tiba, dia kembali melaksanakan Sholat Isya.
Setelah selesai, dia menuju pos satpam, di sapanya jack
"Belikan saya nasi goreng di depan yah."