Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tempurung Kemapanan

24 April 2019   15:09 Diperbarui: 24 April 2019   15:27 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita  termasuk dari bagian orang-orang yang berani memiliki mimpi yang "besar", yang mampu dan sanggup menindaklanjutinya sampai selesai.

Banyak sekali orang yang memiliki mimpi dan cita-cita, namun hanya bisa dihitung dengan jari yang memiliki rencana yang kongkrit, berapa banyak peserta pelatihan yang mengikuti kegiatan-kegiatan motivasi, baik itu motivator dari dalam negeri maupun dari luar negeri, saat pelatihan dan selesai pelatihan semua semangat, semua membuat mimpi, semua membuat keinginan, namun sekali lagi hanya sedikit yang "memiliki" rencana kongkrit.

Memang ada juga yang setelah mendapatkan pelatihan langsung membuat rencana-rencana dan menindaklanjutinya, tapi tidak jarang yang berhenti sampai disini saja, padahal hanya selangkah lagi akan berhasil, yaitu tidak adanya "tindak lanjut."

Kenapa banyak sekali yang kakeknya miskin, turun ke anaknya miskin juga dan turun lagi ke cucunya miskin juga, sehingga mereka sendiri yang memberi predikat kepada diri mereka, kita ini keturunan miskin, kita sudah di takdirkan oleh Gusti Allah sebagai orang miskin.

Bahkan tidak jarang kalau ada anaknya yang mencoba keluar dari kemiskinan, justru tantangan yang dihadapi di awal dari orang tuanya sendiri, sudahlah "kita memang ditakdirkan untuk miskin", bisa dihitung dengan jari, anak-anak yang keluar dari keadaan seperti ini, sehingga dia bisa "berhasil"

Mungkin ini salah satu penyebab kenapa orang kaya itu minoritas, dan orang yang memiliki segudang karya itu minoritas.

Mereka sudah nyaman di zona ini, bergelut dengan kemiskinan, berkawan dengan kekurangan, dan sering mengkambing hitamkan keadaan dan mereka menyebutnya dengan "Tempurung kemapanan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun