Pertama kali belajar sepeda aku sudah lupa tahun berapa, yang aku ingat aku belum bersekolah saat itu, aku sudah dapat mengendarai sepeda, kami dahulu hanya memiliki satu buah sepeda untuk di pakai bersama-sama, sepeda kami saat itu ada besi di tegahnya, sehingga untuk ukan saya saat itu memasukan badan ke samping, dan mengayuhnya, karena kalau naik seperti sepeda sekarang sangat tidak mungkin karena badan saya kecil.
Di tahun 1969 an di daerah kami menyebutnya sepeda jengki, hampir semua teman-teman memilikinya, karena saat itu, sepeda merupakan transportasi yang sangat bagus, yang memiliki kendaraan roda dua masih bisa di hitung dengan jari.
Dahulu naik sepeda sangat mengasyikan, jalanan masih sepi, bersepeda beramai-ramai bersama handai tolan, apalagi dulu di daerah kami belum ada yang namanya lampu merah saat itu, tapi saat ini justru sepeda yang seperti kami punya harganya cukup pantastis, ada yang laku sampai Rp. 20.000.000,- mereka menyebutnya sepeda Ontel, sudah banyak komonitas sepeda ontel saat ini.
Dengan kemajuan tekhnologi tentu berbagai jenis sepeda saat ini cukup menjamur, begitu juga dengan komunitas sepeda, sudah tidak mengenal usia lagi, baik tua maupun muda, bersatu dalam komunitas Goweser, dan beberapa jenis lagi nama perkumpulan mereka.
Bersepeda tentu banyak manfaatnya, badan jadi sehat, kebugaran terjaga, tidak memerlukan biaya, bisa berkumpul dengan komunitas-komunitas sepeda, persahabatan dan persaudaraan.
Kalau kita rajin bersepeda, tentu kebugaran akan terjaga terus, ngak akan obisitas, bersepeda merupakan aktivitas fisik, secara tidak langsung otot kaki dan otot perut berkontraksi, karena banyak bergerak, keringat banyak keluar dan pembakaran lemakpun terjadi, bersepeda sangat banyak manfaatnya, dan tidak berkontribusi untuk membuat polusi udara.
Dari sekian banyak manfaat bersepeda ada dua hal yang akan saya kemukakan disini, pertama bersepeda tidak akan di tahan bapak polisi, tidak ada pemeriksaan SIM atau STNK, kalau dulu tahun 1970 an memang ada retribusi sepeda namanya di daerah saya Peneng sepeda, tapi sejak tahun 1975 an itu sudah di hapuskan oleh pemerintah.
Yang kedua, Hidup itu seperti naik sepeda, untuk menjaga keseimbangan, anda harus tetap mengayuh, bila rantainya putus, itulah saatnya anda harus turun untuk memperbaiki sepeda anda, namun kalau anda berombongan, anda bisa di Tarik menggunakan tali atau di dorong oleh temen dari belakang  menggunakan satu kaki, indahnya bersepeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H