Lebih lima belas tahun putus kontak sama sekali, terakhir kami bertemu saat saya dinas di Balikpapan dan dia lagi mengadakan kunjungan ke Balikpapan, kami bertemu di rumah makan, seperti biasa setiap kami bertemu, berebut untuk minta di do`a kan, terakhir ketemu dia men do`a kan saya, karena saya lebih dulu meminta dia untuk di do`a kan.
Kami bersahabat sejak di Sekolah Menegah Atas, satu kelas tetapi kami berbeda jurusan, dia IPA sedang saya IPS, candaan kami dulu saat sekolah waktu bagi jurusan, semua orang di tanya mau jurusan IPA atau IPS, sedang giliran saya saat di panggil guru di tanya juga, tapi pertanyaannya mau jurusan IPS apa berhenti, keruan seisi kelas pada mentertawakan saya, tak terkecuali wali kelas yang bertanya kepada saya.
Wali Kelas saya bilang, kamu total tidak masuk sekolah selama lima puluh dua hari, harusnya kamu sudah boleh di berhentikan dengan tidak hormat, walau kamu tidak membolos tapi ijin, namun sekolah masih memberikan kesempatan kepada kamu, karena jasamu di sekolah banyak piala, penghargaan dan membawa nama baik sekolah, tapi tetap sekolah menginginkan kamu hadir, tidak ijin terus, semoga nanti di kelas dua, bisa mengurangi ijinnya tapi tetap membawa nama harum sekolah dan membawa piala dan berbagai penghargaan.
Sampai saat ini kalau kami ketemu temen yang satu kelas, candaan kesaya selalu, mau IPS apa berhenti.
Itulah kenangan saya dengan sahabat yang satu ini, setiap kali kami ketemu di sekolah, di jalan selalu cepet-cepetan minta di do`a kan, setelah lulus SMA dia kuliah di Jogjakarta, sedang saya hanya melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Samarinda.
Komunikasi kami terputus, sampai ketemu sekitar lima belas tahun yang lalu di Balikpapan, dulu tidak ada HP, sehingga susah untuk mencari temen apalagi kalau beda daerah.
Saat ketemu di Balikpapan, kami saling bertukar nomor HP, dia tinggal di Jogja dan menetap disana dia di karuniai satu orang istri dan dua orang putri, masih Sekolah Dasar waktu itu, Â sedang saya memiliki satu orang istri, satu orang putra dan dua orang putri, yang dua masih SD dan yang kecil masih balita.
Sayangnya HP saya hilang selepas kami bertemu saat itu, pada saat meminta nomor yang sama, semua kontak sudah hilang semua.
Hari ini, kami bertemu di Jakarta, dia lebih dulu minta untuk di do`a kan, dia bekerja di bagian pemeriksa sekarang, keluarga tetap di Jogja, dia pulang dua minggu sekali ke Jogja.
Sebelum saya berdo`a untuk sahabat saya ini, saya sampaikan kalau kamu sebagai pemeriksa, satu kaki mu ada di surga satu lagi ada di neraka, jangan kamu putuskan atau membuat telaahan yang dapat memutuskan orang yang benar jadi salah, atau sebaliknya, itu zolim namanya, bawalah jabatanmu sekarang yang membawa kedua kaki mu ke surga.
Setelah saya mendo`a kan, kami saling berpelukan, dulu saat sehabis berpelukan kami saling tertawa dan tetap berjabatan tangan, namun kali ini setelah berpelukan, dia tidak melepaskannya, tapi dia menangis, air matanya membasahi pundak saya, air mata seorang sahabat.