Berbicara mengenai pendidikan memang sangatlah menarik, akan tetapi pendidikan tidak selalu diidentikkan dengan sekolah, karena cakupan dalam pendidikan sangatlah luas, ada pendidikan formal, non-formal dan informal. Salah satu lembaga pendidikan tertua di Negara Indonesia adalah Pesantren.Â
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah eksis sebelum Negara ini merdeka menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Model pendidikan pesantren ini sangatlah unik, karena seorang santri di sebuah pondok pesantren selalu di gembleng atau dididik selama hampir 24 (dua puluh empat) jam sehari semalam.Â
Penulis sendiri pernah mengalami dan pernah mengenyam pendidikan pesantren di pondok pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin Cirebon walau hanya tiga tahun. di sebuah pondok pesantren seorang santri tidak hanya dididik mengenai ilmu pengetahuan agama saja, akan tetapi pengetahuan umum lainnya juga diajarkan.Â
Pendidikan di pesantren sangatlah menyeluruh, baik dari segi intelektual, emosional, bahkan spiritual yang tidak luput dari kurikulum yang diajarkan oleh Kiyai kepada para santrinya.
Hemat penulis, pesantren merupakan prototype pendidikan yang inklusif. Pendidikan di pesantren langsung ditangani atau diasuh oleh seorang Kiyai, sehingga semua santri bisa melihat langsung model pembelajaran yang diberikan oleh Kiyai.Â
Bahkan seorang Kiyai atau pengasuh pondok pesantren dapat bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan pendidikan santri-santrinya. Kemudian keunikan pola pendidikan pesantren lainnya yaitu mata rantai keilmuan atau yang biasa disebut dengan sanad keilmuan yang tersambung kepada ulama besar bahkan sampai kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Di pondok pesantren seorang santri selain mengkaji keilmuan agama, (juga pendidikan umum) juga diharuskan menaati peranturan pesantren, petuah guru, titah kiyai, dan pengurus pesantren. Pesantren tidak melulu mengajarkan santri-santrinya tentang pengetahuan keagamaan, kemandirian dan tak luput dari pendidikan karakter atau akhlak di sebuah pondok pesantren.Â
Pesantren mendidik para santrinya secara aplikatif (seperti mengharuskan para santri wajib shalat berjamaah) tentang ibadah, tentang sosial, organisasi (jamiyah) juga di aplikasikan oleh santri-santri di sebuah pesantren. Â Â Â Â
Penulis teringat ketika dididik di pondok pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin, Almaghfurlah Syaikhona Bapak K.H. Burhanuddin Halim bin K.H. Abdul Halim, selaku Pengasuh pondok Pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin, beliau pernah pernah berpesan kepada para santrinya;
Yang artinya: "Menjaga tata kerama (akhlak) kepada gurumu itu lebih didahulukan, dari pada menuruti perintah gurumu".