Mohon tunggu...
Mirza Ahmad
Mirza Ahmad Mohon Tunggu... -

Seorang bapak dari seorang putri. Lahir tahun 82. Pernah aktif dlm urusan keagamaan, HAM, dan anak. Penikmat Gadget dan bergelut di bidang desain, percetakan, website dan Internet marketing. Bercita-cita punya Startups keren. www.Brandingbisnis.com | www.inpixl.com | www.twitter.com/bangmirza

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Ahmadiyah di Indonesia

28 April 2012   02:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:01 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa berita, baik offline dan online belakangan kembali diwarnai berita tentang ahmadiyah, dari mulai perusakan mesjid ahmadiyah di Babakan Sindang, Singaparna, Tasikmalaya dan pengelasan pintu mesjid mereka di kota Banjar. Semantara itu, Presiden hanya bisa mengatakan 'prihatin' dan pejabat terkait hanya meng-counter dengan bahwa umat ahmadiyah mempunyai hak yang sama di negri ini. Tercatat sejak awal tahun 2000 pemeluk ahmadiyah menjadi target buruan beberapa kelompok yang memiliki paham ke-Islaman yang berbeda. Kasus penyerangan terhadap Ahmadiyah terangkat sejak penyerangan markas-nya di Parung 2005,  dan kasus ini terbanyak di Jawa barat, puncaknya adalah terbunuhnya 3 anggota Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Tapi perbuaruan ini tidak berhenti disitu, karena pihak penyerangnya berlindung dibalik agama dimana pemerintah sangat 'berhati-hati' dalam menyelesaikannya, paling tidak itu yang di katakan jika tidak mau di bilang 'takut'. Pelakunya adalah kelompok yang sama dan berkaitan. Penyerangan dan perburuan terhadap Ahmadiyah dilakukan oleh beberapa kelompok yang saling berhubungan satunsama lain dan dengan pola-pola yang sama dalam memburu ahmadiyah bahkan berafiliasi pada pejabat negara. Semua ini karena perbedaan pemahaman atau sebut saja ideologi dalam Islam. Namun sejarahnya perbedaan Ahmadiyah bukanlah satu-satunya, fakta sejarahnya sudah sejak sebelum kemerdekaan negri ini Agama Islam masuk dalam berbagai pandangan dan aliran. Sebut saja Syiah yang kini juga menjadi sasaran dari kelompok yang sama yang menyerang Ahmadiyah. Aliran tarekat yang memiliki pandangan sufisme yang dianggap bid'ah oleh kelompok ini. Aliran tarekat  yang lain bahkan sudah menjadi pandagan turun-temurun di Sumatra barat, kalimantan dan sulawesi misalnya dan bercampur dengan kebudayaan setempat. Bagaimana Anda menilai Islam Aboge yang menguasai sebuah kampung dengan pakaian khas dan rambut pirangnya? dengan melakukan Solat yang mendekatkan waktu solat satu dengan setelahnya? Dan bisa lebih banyak lagi jika Anda menontonnya di acara 'Ethnic Runaway' di sebuah TV. Paling tidak ada 2 pandangan yang saya dapati, yang saya dengar selama berbincang dan mendengarkan setiap ceramah kelompok pembenci Ahmadiyah ini, bahwa keislaman selain kelompoknya adalah sesat yang merusak umat Islam selain itu Islam Primitif. Ahmadiyah, Syiah, dan tarekat modern (yang ada di kota-kota besar) adalah kelompok pertama, sedang kelompok Islam yang kedaerahan adalah Islam primitif. Yang saya kenal adalah Amin Djamaludin dan Hartono Ahmad Jaiz yang mengaku sangat mengenal Ahmadiyah dan aliran sesat di Indonesia. Mereka berkeliling daerah me-loby pemuka agama setempat dan memberikan pandangan permusuhan terhadap kelompok selain pandangannya. Gerakan kelompok ini ingin menghapuskan berbagai kelompok Islam yang memiliki pandangan sesat yang merusak menurut mereka dan menyerahkan cara penghapusannya kepada kelompok-kelompok masing-masing dari mulai penyerangan anarkis hingga penyegelan. Masalahnya orang ini tidak punya bukti yang benar terkait dengan tuduhannya. Penyalahartian adalah upaya yang jitu. Pada Kasus Ahmadiyah yang menguak, penyegelan mesjid dan pelarangan kegiatan ahmadiyah didasarkan dari SKB 3 mentri agama, dalam negri dan kejaksaan agung, Padahal dalam SKB itu tidak melarang kegiatan kelompok Ahmadiyah. Dalam ranah perdebatan agama, pernyataan apapun yang menyatakan ke Islaman kelompok Ahmadiyah selama ini dianggap kebohongan, pernyataan 2 kalimah Syahadat, adzan dan kitab sucinya adalah al Quran tidak dianggap. Upaya memusyawarahkan permasalahan ini menurut kesaksian anggota Ahmadiyah biasanya adalah usaha memaksa kelompok ini untuk menandatangani pernyataan yang sudah disusun sebelumnya agar kelompok Ahmadiyah membubarkan diri. Dilema pembubaran Ahmadiyah Saat muncul wacana tentang pembubaran FPI yang meresahkan karena kasus anarkisnya, ada ide untuk pembubaran FPI, namun hal ini ditampik dengan pemikiran bahwa sebuah pemahaman tidak bisa dibubarkan? FPI secara organisasi bisa di bubarkan, tapi mereka akan berganti nama dengan orang yang sama. jika ditangkap, tidak akan menyurutkan kelompok ini, toh setelah itu mereka keluar lagi, seperti di ingat Habib Riziek di tahan beberapa bulan karena kasus penyerangan di Monas, tapi FPI tidak bubar. Demikian halnya dengan pelarangan kelompok-kelompok lain, PKI (partai komunis Indonesia) milisalnya yang dilarang dengan segala upaya bahkan oleh negara sekalipun dan upayanya masih dilakukan hingga saat ini, apakah ideologinya benar-benar hilang? mereka hanya berganti nama dan kaderisasinya terus berlanjut. Tidakkah hal yang sama juga bisa dilakukan oleh kelompok Ahmadiyah? Pelarangan Ahmadiyah oleh kelompok pembencinya adalah hal yang dilematis dan seperti lingkaran setan. Siapa yang bisa menahan siar Ahmadiyah didunia maya? tidak dari Indonesia tapi dari luar teritorial Indonesia, karena tidak ada batas teritorial didunia maya. Kekerasan dan ketidak adilan terhadap Ahmadiyah di Indonesia dengan cepat tersiar ke dunia Internasional, lihatlah kasus Cikeusik yang membuat daerah banten dan Indonesia disebut sebagai daerah dan negri bar-bar. Beberapa kali SBY menampik tuduhan dari negara-negara lain tentang kekerasan SARA ini tapi bukti-bukti ini tersebar kemana-mana. Cara-cara pembubaran Ahmadiyah diakui tidak hanya dengan cara-cara tradisional yang melalui kekerasan dan penyegelan, tapi dengan cara-cara soft war, yaitu dengan penyiaran berita-berita pernyataa keluarnya anggota ahmadiyah untuk mangankat opini kekeliruan ahmadiyah dan agar mengajak anggota lainnya untuk ikut keluar, tapi bagaimanakah mengajak seseorang dengan keyakinan yang tertanam sejak lahir, bahkan yang sudah merasakan manfaat dari keyakinannya dengan mudah? Ahmadiyah tidak banyak, menurut mereka anggota yang membayar iuran hanya 300ribu - 500ribu diseluruh indonesia, itu berarti 1 juta jika di tambah dengan anak keturunan yang masih kecil. dan mereka adalah orang pribumi yang menerima ajaran ahmadiyah sejak kakek, buyut dan leluhur mereka, sama seperti NU dan Muhammadiyah. Ahmadiyah bukan kelompok masyarakat yang anggotanya orang keturunan India, arab, atau keturunan asing lainnya, mereka orang Aceh, Minang, Betawi, Sunda, Madura, Jawa, Dayak, Bugis, Ambon, Papua, Sasak dan masih banyak lagi, bagaimana menghapuskan mereka? Atau mungkin ada cara lain yang akan dilakukan untuk membubarkan ahmadiyah? pembunuhan masal seperti pemberangusan pada komunis? setelah ahmadiyah maka selanjutnya Syiah, Keristen, atau kelompok Islam kedaerahan yang kasusnya mulai kelihatan belakangan ini juga. tidakkah dilematis untuk membubarkan sebuah paham? pernahkan anda pelajari apa dan mengapa ahmadiyah dan kelompok lain yang dianggap sesat ini? apa benar mereka merusak? inilah cara yang sekiranya dapat memecahkan masalah ini ketimbang penyerangan dan upaya penyegelan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun