Mohon tunggu...
Mirza Bashiruddin Ahmad
Mirza Bashiruddin Ahmad Mohon Tunggu... -

my friend said that i'm a dreamer and then i said that i'm not the only one

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN : Ujian Nyontek (Lagi)

16 April 2012   11:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

UN = Ujian Nyontek,

UAN = Ujian Akhirnya Nyontek juga,

UNAS = Ujian Nyontek skala Nasional..

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="pada kenyataannya (source:link2new.files.wordpress.com)"][/caption]

Begitulah berbagai plesetan di kalangan peserta didik yang melaksanakan Ujian Nasional kali ini (2012). Saya sangat meragukan salah satu pernyataan petinggi kemendiknas yang menyatakan bahwa soal UN tidak akan bocor. Tentu saja benar tidak akan bocor soalnya, tapi jawabannya yang bocor. Buat apa mikirin soal kalau jawaban sudah di tangan, apalagi sumbernya akurat. Siapa sumbernya dan mengapa kok sampai hati melakukan pembodohan struktural ini..?? berikut sedikit ulasannya..

1. Pihak Sekolah

Sekolah berperan penting dalam kesuksesan setiap UN (baca : tim sukses UN). Pihak sekolah bertindak sebagai eksekutor dalam hal kesuksesan UN, sebenarnya para tim sukses ini tidak bermain sendiri namun mereka memiliki jalur eksklusif Disdik Daerah (baca : orang internal). Hahahaha, yang makin salah kaprah adalah stigma suatu sekolah/kota/kabupaten yang mampu “Lulus 100%” maka semakin baik kualitas pendidikannya, padahal sebenarnya… (eheem..) Apalagi pihak sekolah, mereka sangat diuntungkan dengan predikat lulus 100%, tentu sekolah tersebut akan terangkat namanya.

2. Lembaga Bimbingan Belajar

LBB yang makin hari makin menjamur di Indonesia semakin membuat saya yakin jika lembaga pendidikan formal seperti sekolah ternyata tidak mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Buktinya, walimurid lebih percaya anaknya lebih pintar kalau ikut les di luar sekolah. LBB eksternal ini bukan hanya membimbing peserta didik untuk lebih memahami pelajaran yang kurang dipahami saat disekolah, namun mereka memiliki bonus embel-embel “DIJAMIN LULUS UNAS”. Betul kan? Bonus embel-embel tersebut ternyata bukan sekedar retorika, melainkan janji kongkrit berbentuk jawaban UN (walaupun hanya diberi 70-80% dari jumlah soal UN). Pintar bukan taktik mereka ? Untuk itulah setiap siswa sekolah tingkat akhir selalu dikenai tarif yang tinggi saat pendaftaran, tapi kan memang sesuai kegunaannnya bukan ? haha (tidak semua LBB memiliki bonus*)

Hancur sudah pendidikan di negeri ini jika praktek macam ini selalu kita temui dalam setiap pelaksanaan Ujian, yang esensinya adalah sebagai tonggak pengukur kemampuan siswa. Luar biasa sekali bencana yang sedang dialami oleh dunia pendidikan saat ini, kalo Jawaban soal UN aja nggak jujur, Bagaimana nanti kalau jadi menteri pendidikan, ditanyain soal implementasi apbn-pendidikan.. Jawabannya nggak jujur juga?

Sudahlah, kita semua sudah capek dengan wacana UN setiap tahun yang selalu saja ada kekurangan dalam pelaksanaannya, UN benar-benar menguras tenaga siswa, guru, diknas, pemerintah dan tentunya walimurid. UN benar-benar membuang tenaga baik pikiran maupun materi, jauh lebih baik urusi dulu itu infrastruktur dan suprastruktur yang semrawut, kalau kedua hal itu sudah bener semua, baru deh Ujiannya di Nasionalkan.

Bagaimana mental peserta didik ke depannya kalau menconteknya ternyata sistemik (selalu ada lagi dan lagi) dan terorganisir...??

Jika kita mau meninjau sedikit masa lalu pendidikan Indonesia di masa kerajaan Hindhu-Buddha-Islam, adakah produk/output pendidikan di masa itu yang tidak baik? Jawabannya nggak ada, kenapa? Karena mereka berhasil menanamkan dan mengembangkan esensi pendidikan itu sendiri ke dalam masing-masing jiwa peserta didik.

Pendidikan dilaksanakan untuk mengubah ranah kognitif,afektif dan psikomotorik setiap peserta didik untuk menjadi lebih baik dan menjadikan peserta didik sebagai pribadi yang unitas multiplex sehingga mampu menjadikan dirinya lebih terampil dan mandiri dalam hidup.

Bukannya saya bermaksud menggurui, pemerintah kurang memperhatikan masalah ini, dianggap nggak penting kali ya? Padahal ini dasarnya pendidikan. Kemana gerangan arah pandangan pemerintah itu? Pemerintah selalu saja beretorika tanpa aksi, pendidikan karakter itu gimana implementasi kongkritnya? Cuma konsep dan konsep kan? Inilah Indonesia negeri kaya teori miskin implementasi.

Mirza Bashiruddin Ahmad

Mahasiswa Teknologi Pendidikan

-Universitas Negeri Yogyakarta-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun