Mohon tunggu...
Mirza Bashiruddin Ahmad
Mirza Bashiruddin Ahmad Mohon Tunggu... -

my friend said that i'm a dreamer and then i said that i'm not the only one

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Obat Plagiarisme Mahasiswa

7 Maret 2012   00:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:25 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menjadi budaya bangsa - from :: 4.bp.blogspot.com

Hampir 14 tahun Indonesia telah mengalami masa reformasi namun nyatanya sampai sekarang pengaruh dari masa orba masih terasa, dibuktikan dengan model komunikasi yang dilakukan oleh zaman orba. Model komunikasi ini tak ayalnya sebuah alat suntik. Sang penyuntik yaitu pemerintah selaku komunikator dan sasaran suntik yaitu rakyat selaku komunikan, arah komunikasinya pun satu arah, dari atas ke bawah. Model komunikasi transmisi yang dilaksanakan di zaman orba membuat rakyat lebih suka menerima informasi daripada memberikan informasi. Hal ini juga dirasakan di kalangan mahasiswa, mereka lebih suka mengunduh artikel daripada mengunggah artikel. Hal seperti ini memang sudah seperti benang ruwet yang sulit dicari ujungnya karena sudah menjadi sebuah budaya. Hampir bisa dipastikan setiap mahasiswa di Indonesia pernah mengutip karya orang lain baik itu mencantumkan nama pemilik karyanya ataupun hanya sekedar mengutip alias copy paste.

Budaya plagiarisme di lingkungan mahasiswa adalah bukan hal baru yang menjadi perbincangan. Plagiarisme di lingkungan mahasiswa yang menurut mereka  lumrah dilakukan merupakan hal yang memalukan di mata publik. Mahasiswa yang dianggap oleh publik sebagai intelektual muda ternyata tak lebih dari seorang pengutip. Budaya plagiarisme sendiri jika di negara maju adalah hal yang disetarakan dengan tindak kriminal karena mengambil hasil karya orang lain tanpa seijin pemiliknya.

Di dalam lingkungan mahasiswa sendiri tentu sangat akrab dengan istilah “copast” dan “re-edit” tugas kuliah. Perilaku seperti ini sudah dianggap biasa dan acapkali dosen sebagai pembimbing mahasiswa menanggapi permasalahan ini tidak begitu serius. Para pembimbing mahasiswa ini menganggap mahasiswanya sudah mampu menyusun sebuah makalah/karya tulis dengan baik. Hal seperti inilah yang dianggap mahasiswa sebagai sebuah peluang, mereka mengerjakan tugas perkuliahan dengan sembarangan dan tentunya “asal mengumpulkan tugas”. Mahasiswa yang kurang mengerti akan pemahaman nilai esensial dari hak cipta tentu saja dalam pengerjaan tugas kuliahnya selalu mengutip dari berbagai sumber dan acapkali tak mencantumkan sumber kutipannya.

Plagiarisme sendiri kini sudah bisa diatasi dengan pembuatan piranti lunak pendeteksi plagiarisme untuk sebuah karya tulis. Piranti lunak ini sudah tersedia di berbagai website yang menawarkan jasanya untuk mengetahui tingkat plagiarisme dalam sebuah tulisan dan sudah banyak menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Namun itu bukanlah solusi utama dari permasalahan plagiarisme di kalangan mahasiswa. Solusi yang sebenarnya diharapkan adalah bagaimana menjadikan mahasiswa sebagai seseorang yang mempunyai orisinalitas dalam membuat sebuah karya tulis.

[caption id="" align="alignnone" width="300" caption="menjadi budaya bangsa - from :: 4.bp.blogspot.com"][/caption]

Pemberantasan plagiarisme memang bukan perkara mudah, apalagi pemberantasan harus dilakukan pada akar permasalahan yang menyebabkan mengapa mahasiswa menjadi seorang plagiat. Pemberantasan melalui piranti lunak bukanlah pemberantasan akar permasalahan, piranti lunak tersebut hanyalah sebuah alat preventif yang berfungsi sebagai shock therapy bagi plagiarisme, terlebih alat tersebut hanya mampu mendeteksi dan kurang tepat adanya jika piranti lunak tersebut dianggap sebagai problem resolving.

Sebuah perubahan besar asalnya dimulai dari perubahan kecil, agaknya itulah pepatah yang tepat sebagai pangkal solusi. Jika seorang mahasiswa sudah terbiasa mengutip sejak sebelum menjadi mahasiswa, maka solusi yang tepat adalah menanamkan nilai-nilai hak cipta sebuah karya. Dimulai dari pembimbing mahasiswa yang harus dengan keras memberikan semacam warning agar setiap tugas pembuatan makalah atau karya tulis mencantumkan pemilik kutipan yang mereka kutip, kemudian melampirkan apa saja yang dikutip ke dalam makalah atau karya tulis mereka. Setelah mahasiswa mengalami sebuah perubahan tingkah laku dan pola pikir untuk mencantumkan setiap apa yang mereka kutip dan dari siapa mereka mengutip, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan apa yang telah mereka pelajari dari nilai-nilai hak cipta sebuah karya. Mahasiswa bisa diberikan sebuah kegiatan untuk mengunggah hasil karya tulis terbaik mereka lewat blog pribadi mereka maupun media massa online. Hal ini bertujuan agar mahasiswa sendiri yang bisa merasakan jika hasil karya tulis mereka dikutip orang lain. Mungkin akan banyak orang lain yang mengutip dari karya tulis sang mahasiswa baik meminta izin mereka ataupun tidak. Mahasiswa akan merasakan bagaimana jika tulisan mereka dikutip sembarangan tanpa izin dan merasakan bagaimana perasaan bangga mereka jika tulisan mereka yang dikutip bisa membantu orang lain yang tentunya dengan izin mereka. Secara teoritis hal ini dinamakan sebuah pengalaman belajar. Pengalaman belajar seorang mahasiswa baiknya tidak hanya dilakukan pada saat KKN/PPL saja,  namun seharusnya setelah mereka mengikuti kajian secara teoritis di bangku perkuliahan bisa langsung dipraktekkan ke sebuah wadah publik apapun bentuknya. Hal ini merupakan yang diharapkan mampu memberdayakan kompetensi mahasiswa dan tentu saja memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun