Mohon tunggu...
Mirza Mayang Safitri
Mirza Mayang Safitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Semoga informasi yang dibagikan dapat bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Berbagai Potensi Permasalahan pada Kontrak Derivatif

13 Maret 2024   16:39 Diperbarui: 18 Maret 2024   10:58 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. (BAPPEBTI, 1997) berpendapat bahwa derivatif harus didasarkan pada paling sedikit satu subjek sebagai induk acuan atau pokok yang mendasari (underlying) adalah aset, kurs referensi, atau sebagai dasar penetapan nilai utamanya, termasuk derivatif komoditas dan derivatif keuangan. Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi futures, forward, swap dan opsi dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga, obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks (Sunaryo, 2009).  

Instrumen derivatif digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) termasuk lindung nilai (hedging), spekulasi, atau arbitrase guna melindungi nilai atas portofolio yang dimiliki. Namun, penggunaan instrumen derivatif juga melibatkan risiko atau potensi permasalahan tertentu dan memerlukan pemahaman yang baik tentang pasar keuangan dan produk yang digunakan. Berikut dibawah ini merupakan berbagai pendapat potensi permasalahan pada kontrak derivatif. 

 Potensi permasalahan yang terjadi pada kontrak derivatif menurut Sianturi (2015):

  • Potensi Risiko Basis, Harga di pasar fisik seringkali tidak menunjukkan korelasi yang wajar atau searah dengan harga di pasar berjangka, sehingga risiko yang muncul mungkin tidak sesuai dengan perkiraan yang telah dibuat sebelumnya.
  • Potensi Ketidaksesuaian antara Kondisi Fisik dan Futures, Ini terjadi karena kualitas dan jumlah produk yang dihedge tidak selalu identik dengan standar kontrak yang diperdagangkan. Oleh karena itu, para hedger harus dapat menyesuaikan perbedaan tersebut dengan melakukan hedging yang sesuai dengan volume produksi mereka.  
  • Potensi Risiko Wanprestasi, Swap memiliki risiko bahwa salah satu pihak mungkin melakukan wanprestasi pada kewajibannya. Risiko wanprestasi dapat terjadi dalam swap karena salah satu pihak yang terlibat dalam kesepakatan tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang disepakati.

Potensi permasalahan yang terjadi pada kontrak derivatif menurut Aisha, dkk (2023):

  • Potensi Volatilitas Pasar, Instrumen derivatif sangat rentan terhadap perubahan harga aset acuan (underlying asset). Volatilitas pasar dapat menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan dan potensi kerugian besar. Pelaku pasar harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas pasar seperti berita ekonomi, peristiwa politik, atau sentimen pasar.
  • Potensi Risiko Kredit, Instrumen derivatif melibatkan kontrak antara pihak-pihak yang saling berkomitmen untuk melakukan transaksi di masa mendatang. Risiko kredit muncul jika salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran sesuai kontrak. Pelaku pasar harus melakukan analisis kredit yang cermat terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi.  
  • Potensi Risiko Operasional, Risiko operasional berkaitan dengan kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau peristiwa eksternal yang dapat mengganggu proses pelaksanaan transaksi derivatif. Contohnya, kesalahan dalam perhitungan atau pelaporan, kegagalan sistem perdagangan elektronik, atau kebocoran informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pelaku pasar harus memiliki sistem pengendalian internal yang kuat untuk mengurangi risiko operasional.
  • Potensi Risiko Likuiditas, Likuiditas merujuk pada kemampuan untuk membeli atau menjual instrumen derivatif dengan mudah tanpa mengganggu harga pasar. Risiko likuiditas dapat timbul jika terdapat kekurangan penawaran atau minat dari pelaku pasar untuk melakukan transaksi derivatif tertentu. Risiko ini dapat menghambat kemampuan pelaku pasar untuk keluar dari posisi atau melikuidasi portofolio derivatif.
  • Potensi Risiko Model, Risiko model terkait dengan penggunaan model matematika atau statistik untuk menilai harga dan risiko instrumen derivatif. Kesalahan dalam model atau asumsi yang digunakan dapat menghasilkan estimasi yang tidak akurat dan mengakibatkan kerugian. Pelaku pasar harus melakukan validasi dan pengawasan yang ketat terhadap model yang digunakan.

Instrumen derivatif merupakan alat keuangan yang penting dalam manajemen risiko dan spekulasi di pasar keuangan. Namun, penggunaannya juga melibatkan risiko-risiko tertentu yang perlu diperhatikan oleh para pelaku pasar. Potensi permasalahan yang terkait dengan derivatif mencakup risiko basis, ketidaksesuaian antara kondisi fisik dan futures, risiko wanprestasi, volatilitas pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko likuiditas, dan risiko model. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko tersebut, pelaku pasar harus memiliki pemahaman yang baik tentang pasar keuangan dan produk yang digunakan, serta melaksanakan sistem pengendalian internal yang kuat. Dengan pendekatan yang hati-hati dan pengelolaan risiko yang efektif, instrumen derivatif dapat menjadi alat yang berguna dalam mencapai tujuan keuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun