Mohon tunggu...
Mirsa Masitoh
Mirsa Masitoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Profesionalisme dalam Menangani Kesehatan Mental pada Penyintas Bencana

10 November 2023   00:45 Diperbarui: 10 November 2023   00:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penanganan dampak psikologis bagi individu penyintas bencana tampaknya masih belum  mendapatkan perhatian serius dari pihak pemerintah terkait perbaikan kualitas hidup jangka panjang bagi individu penyintas bencana alam tersebut. Post-Traumatic Stress Disorders (PTSD) merupakan salah satu kasus psikologis yang sering dialami oleh individu yang menjadi penyintas  bencana alam. Hal ini menjadi tantangan bagi para ahli psikolog maupun psikiater untuk memberikan intervensi yang sesuai, dengan tujuan membantu pemulihan mental korban bencana alam tersebut sehingga kualitas hidupnya dapat pulih bahkan meningkat setelah mengalami bencana.

Dalam situasi kebutuhan kesehatan mental yang sangat luas ini, khususnya terkait pemulihan PTSD, pendekatan intervensi yang hanya mengandalkan sesi psikoterapi secara langsung mungkin masih belum mencukupi baik itu di negara maju ataupun di negara dengan pendapatan menengah. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan lain sebagai penunjangnya. Sebanyak 40% dari populasi global memiliki kemampuan untuk mengakses Internet. Penetrasi teknologi yang tinggi dan ketersediaan internet beserta perangkat telepon telah masuk kedalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk belanja, interaksi sosial, layanan perbankan dan bahkan dalam bidang kesehatan. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses penyembuhan individu yang mengalami PTSD.

Bencana alam atau situasi krisis sosial dapat memberikan pengaruh serius tidak hanya pada aspek fisik, namun juga mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Penanganan kesehatan mental selama periode ini memerlukan tingkat profesionalisme yang tinggi dari para tenaga kesehatan untuk memastikan pemulihan yang optimal. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya, baik itu tenaga kesehatan maupun fasilitas. Dalam situasi bencana, permintaan layanan kesehatan mental meningkat secara signifikan, sedangkan sumber daya mungkin terbatas. Tenaga kesehatan perlu menjaga tingkat profesionalisme mereka dalam memberikan bantuan yang efektif meskipun dalam situasi keterbatasan.

Para profesional kesehatan mental seringkali mengalami tekanan emosional yang tinggi saat mengatasi bencana. Interaksi dengan individu yang mengalami trauma dapat memberikan beban emosional. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental para tenaga kesehatan menjadi sangat penting untuk mempertahankan tingkat profesionalisme dalam memberikan layanan. Masyarakat yang terkena dampak bencana seringkali memiliki kebutuhan kesehatan mental yang bermacam-macam. Para profesional perlu menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan individu dan kelompok. Hal ini memerlukan tingkat kepekaan dan keterampilan yang tinggi untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan perhatian yang sesuai.

Penanganan kesehatan mental selama terjadinya bencana memerlukan kerjasama. Para profesional kesehatan mental perlu bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, pemerintah, dan lembaga kemanusiaan untuk memastikan bahwa respons mereka terkoordinasi dengan baik. Koordinasi tim yang efektif menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.

Tantangan lainnya melibatkan edukasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental dan langkah-langkah pemulihan. Para profesional tidak hanya memberikan layanan secara langsung, namun juga berperan sebagai agen perubahan (agen of change) dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma yang berkaitan. Dengan memahami dan mengatasi tantangan ini, para profesional kesehatan mental dapat memastikan bahwa layanan yang mereka berikan selama bencana mencapai standar profesionalisme tertinggi, memberikan dukungan yang diperlukan bagi masyarakat yang mengalami kesulitan mental akibat bencana.

Hal ini berkaitan dengan pasal 33 ayat 5 yang berbunyi "Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sebagai bentuk kepedulian pada masyarakat dapat dan baik untuk menjalankan, atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas penyediaan layanan psikologi secara suka rela, dengan tetap menjunjung tinggi profesionalitas". Yang berarti seorang psikolog harus professional dalam melakukan pengabdiannya kepada masyarakat.

REFERENSI

Mulana, V. A. S. (2020). POTENSI PENERAPAN MHEALTH DALAM MENANGGULANGI PTSD (POST TRAUMATIC STRESS DISORDER) PASCA BENCANA ALAM DI INDONESIA, SEBUAH REVIEW NON-SISTEMATIK. Prosiding" Penguatan Pendidikan Tenaga Kesehatan di Era Industri 4.0".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun