Mohon tunggu...
Mirna Basthami
Mirna Basthami Mohon Tunggu... Arsitek - Mirna Basthami

Arsitek lulusan Universitas Islam Indonesia dan Magister di bidang Urban Design lulusan Universiti Putra Malaysia dengan kajian utama Pedestrian Walkway for All. Tertarik pada bangunan tua,kota tua,sejarah kota,Kota Berkelanjutan, dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jakarta vs Paris Menuju "Modernity"

19 April 2016   13:00 Diperbarui: 19 April 2016   20:00 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kota Paris (Kompas.com)"][/caption]Kita semua pasti tahu akhir-akhir ini ada yang pro dan kontra masalah Reklamasi Jakarta dan penghancuran kota nelayan. Biasanya, jika sebuah kota direncanakan menuju modernity, pasti akan berhubungan dengan perubahan desain kota terhadap masa lalu.

Paris, kota nomor satu yang paling diimpikan banyak orang dan paling banyak dikunjungi. Dulu, sebelum Paris seperti yang kita lihat sekarang ini merupakan kota yang kumuh. Namun, perintah Napoleon III dan tangan-tangan yang bekerja dari George-Eugene Hausmann-lah yang berani mengubah kawasan Kota Paris seindah sekarang ini. Kawasan kota yang dipenuhi dengan kafe, restoran, galeri, museum, dan butik baju.

Marais adalah kawasan yang pasti dikunjungi wisatawan sekarang ini karena keindahannya. Sebagaimana Kota Paris lainnya, Marais pada tahun 1853 sangat amat berbau. Napoleon III kemudian memerintahkan Hausmann yang digelari Sang Arsitek Kota untuk membangun ulang kota yang bau itu menjadi kawasan beraroma wangi. Seluruh kawasan abad pertengahan itu dihancurkan dan diganti dengan jalan-jalan modern, termasuk penghancuran gedung-gedung bersejarah dan pembangunan gedung-gedung baru. Jalan-jalan tua digantikan oleh jalan baru yang lebar yang dicirikan oleh barisan blok apartemen neoklasik berukuran besar dengan batu berwarna krem yang dijadikan khas bangunan di Paris.

Hausmann juga membangun alun-alun yang luas, membangun selokan yang bagus, membangun jaringan pipa bawah tanah juga stasiun kereta api yang baru---Gare du Nord. Saking hebatnya Hausmann, Napoleon III pernah membuat catatan, "Di hadapan saya, seorang yang paling istimewa di masa ini. Orang yang besar, kuat, penuh energi juga pintar dan penuh tipu daya, juga punya banyak kemampuan. Hancurkan dan bangun ulang! Itulah yang dilakukan oleh Hausmann yang mendapat gelar Sang Arsitek Kota Paris.

Kota Jakarta dengan pro-kontra reklamasi dan Kampung Luar Batangnya, memang sudah waktunya kota ini berbenah ke arah modern, tertata, bersih, dan wangi. Sebuah keberanian memang sangat diperlukan di sini seperti Napoleon III dan Hausmann yang membangun kotanya. Argumen yang mengelilingi ini, seperti politik, ekonomi, kehidupan, dan budaya tidak akan pernah ada selesainya tanpa ada seseorang yang bertangan besi. Menggiring manusia Asia untuk berubah ke arah kota yang modern seperti di negara-negara maju memang tidak mudah. Tapi, kapan lagi kita akan memulainya jika tidak sekarang.

Mengenai kota yang menuju modernity, ada kata-kata, "You cannot make an omelet without breaking eggs, the old adage goes, and it is impossible to create new social configurations without in some way superseding or even obliterating the old. So if modernity exists as a meaningful term, it signals some decisive moments of creative destruction."

Ingat masa muda, kebanyakan dari kita pasti beranggapan bahwa dunia ini sempurna tanpa cacat sedikit pun. Bebas dari penderitaan. Jauh dari kemiskinan dan kebodohan. Apalagi korupsi. Namun, realitas yang mampir di mata kita sekarang sangat berbeda dengan khayalan impian kita waktu kecil dulu. 

Kita lihat sekarang ini, dari penguasa sampai ahli agama pun berbicara dan bertindak. Padahal, keduanya harusnya menjadi contoh perilaku yang adil dan bijaksana. Pada zaman yang serba riuh dan sibuk ini betapa mereka tidak sangat menyadari, jika rakyat akan menaruh hormat kepada mereka di jalan yang benar. Sungguh, mereka akan menjadi orang yang tidak berguna ketika rakyat perlahan namun pasti tidak memberikan legitimasinya.

Di zaman yang serba modern ini, jangan dikira pikiran dan pandangan rakyat tetap sama dengan zaman-zaman sebelumnya. Sangat terlihat di mata masyarakat siapa yang di permukaan pandai mengeksploitasi atas nama rakyat. Tirani politik seperti ini jika tidak di-cut dengan cepat hal ini akan terus tumbuh subur tanpa ada matinya.

Bisa dirasakan dan dilihat dari komentar-komentar berita politik di portal online, komentar-komentar rakyat itu mengeluarkan komen-komen yang dapat dimengerti. Yang dapat terus mencari sebuah dunia yang dapat dimengerti, yang dapat diterima akal sehat dan masyarakatnya berpikiran positif. Namun, pada kenyataannya, masyarakat justru tidak berdaya di hadapan para pembohong.

Oleh karena itu, akallah satu-satunya jalan untuk menemukan lampu pijar yang dapat menyinari jalan kegelapan dan kebodohan dan lampu ini seharusnya dihidupkan sepanjang masa. Ahok. Begitu kuatnya beliau bersikukuh ada hal yang tidak sesuai dan tidak benar di APBD DKI Jakarta. Keyakinan Ahok begitu kuat karena akalnya ia pakai dengan kuat. Akalnya yang sangat cerdas membimbingnya untuk membuka jalan baru. Jalan menuju sebuah dunia yang disinari oleh akal sehingga takhayul dan angan-angan kosong akan meleleh laiknya gumpalan es yang ditimpa sinar matahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun