Beberapa hari yang lalu, kita dikejutkan oleh berita meninggalnya seorang selebriti dan sekaligus seorang pendidik di Indonesia. Marissa Haque. Terlihat suaminya Ikang Fawzi sangat teramat sedih. Seperti seekor burung kehilangan salah satu kepak sayapnya. Seperti seseorang yangnkehilangan belahan jiwanya. Cinta abadinya di dunia nyata ini. Inilah yang terlihat.
Dalam kehidupan nyata yang sedang kita jalani saat ini sembari masing-masing dari kita menunggu sang waktu keabadian menjemput kita-----mencintai dan dicintai itulah yang utama disamping hal-hal pelengkap lainnya.
Terasa dengan hati yang sederhana, lebih sanggup mencintai tanpa batasan dan rasa takut. Seperti yang diceritakan pasangan ini bagaimana mereka mencinta sampai pernikahan mereka bertahan puluhan tahun. Tentu saja dengan rasa cinta mereka yang kuat.Â
Terkadang, dalam cinta, membuat kita melihat dan mendengar hal-hal yang tidak nyata. Karena cinta tak pernah berubah. Namun, manusialah yang berubah.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah di atas dan dari sisa umur kehidupan kita ini? Dengan batas umur seorang manusia, jalanilah hidup tanpa penyesalan. Mencintailah tanpa perlu menjelaskan. Apalagi kita yang telah memiliki pasangan hidup. Karena cinta sejati ingin supaya orang yang dicintai bahagia. Cinta berarti percaya kepada belahan jiwa kita.
Kemudian, belajar untuk mencintai diri sendiri. Belajar untuk menanamkan pada diri sendiri "Aku berhak untuk menjadi versi terbaik diri aku. "Aku berhak untuk bahagia".Â
"Aku mau menjadi manusia yang bukan hanya bertahan dalam hidup, namun juga berkembang dan selalu bertumbuh".Â
Karena hidup ini suatu perjalanan. Tergantung bagaimana kita menempuhnya. Yaitu kita, hanya bisa mengikuti arus atau mengejar mimpi-mimpi kita.
Akhir kata, jangan lupa untuk mencintai diri sendiri dan selalu bersyukur terhadap kehidupan itu sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H