Bisa kita rasakan dan lihat, sekarang ini kita hidup di era semakin meningkatnya mobilisasi dan globalisasi. Salah satunya dapat dilihat dari jalan-jalan dan trotoar-trotoar sebagai penunjang utama pergerakan manusia yang kita lalui, semakin sesak dengan berbagai kendaraan dan kegiatan.
Dan terbayang dalam pikiran saya, kota yang ideal itu seperti sebuah kota yang selalu dirindukan oleh warga kotanya. Dari bangun tidur lalu keluar dari kediaman untuk menggapai kehidupan dengan perasaan nyaman, aman dan menikmati berjalan di atas trotoar sebagai moda transportasi. Bayangan saya, trotoar yang ideal itu seperti trotoar yang selalu dirinduan untuk dipijak dan dilalui.Â
Trotoar yang bisa dirasakan oleh penggunanya ketika melewatinya merasakan kelayakan, aman, nyaman dan menyenangkan untuk dilalui dan tentu saja bersih dari segala hambatan seperti motor naik ke trotoar, parkiran motor, parkiran pedagang kaki lima sperti gerobak-gerobak dan lain-lain. Benar-benar bermanfaat dan sangat nyaman untuk para penggunanya.
David Engwicht dalam bukunya Street Reclaiming menjelaskan dulu awal dibuatnya sebuah jalan di kota fungsi utamanya adalah untuk kehidupan sosial, budaya dan ekonomi bukan penuh dengan kendaraan. Namun sekarang, dapat kita rasakan makin lama kendaraan makin menguasai jalan. Termasuk trotoar sebagai tempat berjalan pejalan kaki.Â
Terus, bagaimana seharusnya trotoar yang ideal bagi penggunanya? Kondisi kota yang bersih, banyak penghijauan, moda transportasi yang mudah dan terintegrasi satu sama lain dengan trotoar yang keren dengan lebaran yang sungguh lebar disertai dengan sculpture-sculpture benda-benda seni disertai bangku-bangku tempat rehat di atasnya. Kondisi seperti ini dapat dilihat di kawasan Wangfujing Street. Wangfujing Street merupakan kawasan utama di kota Beijing.Â
Trotoar adalah salah satu fasilitas publik yang sangat dasar karena trotoar memiliki peranan penting dalam mobilitas manusia. Pedestrian atau tempat pejalan kaki atau trotoar adalah elemen perkotaan yang sangat penting yang bisa menghubungkan pejalan kaki ke tempat tujuan mereka atau aktifitas yang ada di atasnya.Â
Sudah seharusnya trotoar difungsikan seperti yang dikatakan oleh David Engwicht "Imagine your street with 50% less traffic. Imagine cars acting as a guest in your street. Imagine your street now transformed into an outdoor living room, with children playing and people dancing".
Bagaimana Kondisi Trotoar di Jakarta?
Sangat berbeda dengan apa yang kita lihat dan kita rasakan di trotoar kota Jakarta. Trotoar yang kebanyakan terkesan asal-asalan dibuatnya. Entah ketinggian yang berbeda atau malah penggunanya yang tidak sesuai, bukan pejalan kaki. Hal ini yang membuat pejalan kaki di Jakarta kadang malas untuk melintasinya karena merasa tidak nyaman atau tidak aman.