Sekarang Indonesia sedang dihadapkan dengan sebuah permasalahan  besar dalam pengelolaan Kebijakan subsidi energi. Dialihkannya bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan (energi alternatif)  membuat keresahan dan brontakan dari masyarakat. Peralihan ini dianggap untuk mencapai keseimbangan antara stabilitas ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan fiskal jangka panjang.
Sejak orde baru Kebijakan utama pemerintah dalam memberikan subsidi energi sudah berjalan, guna menstabilkan harga dan menjaga minat masyarakat untuk membeli. Namun, seiring berjalannya waktu dan sampai pada tahun 2014 kebijakan ini menjadi beban fiskal ketika alokasi subsidi ini ternayata mencapai 20% dari total belanja negara.
Kebijakan ini diimplementasikan untuk meningkatkan aksesibiltas energi kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarkat, dan mengurangi kesenjangan ekonomi. Namun ternyata sasaran pemerintah meleset, sehingga mengakibatkan beban pajak yang siginifikan dan mengganggu anggaran nasional.
Indonesia sudah bertahun-tahun memberikan subsidi bahan bakar fosil agar membuat harganya relatif lebih murah bagi masyarakat khususnya konsumen. Namun, perubahan secara tiba-tiba memberikan dampak ekonomi dan sosial, terutama bagi masyarakat yang berpenghasila rendah.
Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah akan merasakan dampak langsung dari kenaikan harga energi. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, dapat menyebabkan daya beli yang turun sehingga meningkatkan potensi angka kemiskinan.
Bagi kelas menengah, perubahan Kebijakan ini kemungkinan besar akan membawa perubahan pada perilaku konsumsi energi. Meningkatnya harga bahan bakar dan listrik dapat menyebabkan peningkatan penerapan teknologi hemat energi dan kendaraan ramah lingkungan. Meskipun  positif dari sudut pandang lingkungan hidup, transisi ini dapat memberikan tekanan pada anggaran rumah tangga dalam jangka pendek.
 Perekonomian khususnya UMKM juga merasakan dampak terhadap kenaikan biaya produksi akibat melonjaknya harga energi. Meningkatnya harga barang dan jasa dapat meningkatkan daya saing dan potensi pertumbuhan bisnis Anda. Program panduan dan insentif khusus dibutuhkan untuk membantu sektor ini beradaptasi dengan lanskap energi baru.
Sementara itu, perubahan kebijakan dukungan energi membuka peluang bagi pengembangan sektor energi terbarukan. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor ekonomi hijau dan memberikan alternatif bagi pekerja di sektor energi tradisional yang kemungkinan terkena dampak transisi energi.
Dari sudut pandang lingkungan hidup, pengurangan subsidi bahan bakar fosil dapat menurunkan emisi CO2 dalam jangka panjang. Hal ini akan berdampak positif terhadap kualitas udara perkotaan, berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim, dan pada akhirnya memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Akhirnya, perubahan secara tiba-tiba dalam kebijakan subsidi energi ini membutuhkan pendekatan komprehensif,  seperti mempertimbangkan  berbagai aspek ekonomi, sosial serta politik. Melalui perencanaan yang cermat dan pelaksanaan yang hati-hati, Indonesia dapat mempercepat transisi menuju perekonomian rendah karbon sekaligus menyeimbangkan stabilitas ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan fiskal jangka panjang. Langkah ini tidak hanya akan memperkuat kekuatan finansial Indonesia, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai penyedia solusi terkemuka dalam mengatasi permasalahan iklim  global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H