Mohon tunggu...
Miranda
Miranda Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Saya Miranda Seorang Mahasiwa Universitas Pamulang, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kata "Toxic" dalam Dunia Kerja

2 April 2024   15:12 Diperbarui: 2 April 2024   15:28 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dahulu istilah lingkungan kerja yang toxic mengacu pada arti lingkungan dimana para pekerja memiliki risiko untuk terjangkit penyakit, mikroba, dan infeksi karena kondisi kerja yang berbahaya. Namun istilah toxic pada generasi Z saat ini lebih banyak dipahami sebagai tempat kerja yang membuat para pekerja didalamnya sulit untuk berproses dalam hal karir karena lingkungan kerja yang negatif, baik itu dari pekerjaan nya, atasan atau bahkan kultur perusahaan itu sendiri.

Ketika semua rasa ketidaknyamanan yang ada ditempat kerja disebut sebagai toxic maka makna kata itu akan menjadi semakin bergeser dan berkurang. 

Hampir setiap perusahaan itu ada sebagian karyawan yang menganggap tempat kerjanya toxic. Istilah ini jadi banyak digunakan untuk menggambarkan segala macam isu yang ada pada dunia kerja seperti misalnya perilaku yang tidak etis, kasar, diskriminatif, dan bahkan sampai-sampai melanggar hukum. Selain itu juga kata toxic sering digunakan untuk masalah sehari-hari seperti budaya kerja yang panjang sehingga melelahkan, atau keluhan sederhana terhadap kebijakan standar tempat kerja.  

Setiap karyawan pasti mendambakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, dan mendukung. Nyatanya, tidak semua lingkungan kerja bisa seperti itu. Maka dari itu, kita harus mengetahui apa yang menjadi ciri lingkungan kerja toxic agar bisa menghadapinya. Salah satunya ialah tidak adanya dukungan dari rekan kerja lainnya. Padahal dukungan dari rekan kerja itu merupakan salah satu hal yang bisa membuat kita bertahan. Lalu selain itu juga dalam lingkungan kerja yang toxic, tidak akan pernah jelas apa yang dimaksud dengan budaya perusahaan. Nilai-nilai serta keyakinannya juga tidak jelas dan jarang dibahas. 

Bagi pekerja, lingkungan kerja yang toxic itu dapat mempengaruhi kesehatan fisik seperti stress serta gangguan tidur. Selain itu juga, tidak sehatnya lingkungan kerja dapat menimbulkan sebuah efek pada mental seseorang, misalnya seperti depresi. Dan sementara itu bagi sebuah perusahaan, kerusakan sistem operasional secara tidak langsung berhubungan dengan performa produksi maupun penjualan.

Maka dari itu, apabila proosedur kerja yang toxic tidak segera ditangani, maka besar kemungkinan akan menjalar kepada kebangkrutan usaha.

Ada beberapa orang yang berpendapat biasanya kata toxic itu sering terlontar dari seorang lulusan baru yang bekerja disebuah perusahaan yang dimana dia merasa kalo dirinya dipandang sebelah mata didalam perusahaan baru tempat dia bekerja tersebab masalah pengalaman. Dan biasanya yang paling sering mengungkapkan kata toxic ini ialah generasi z. 

Padahal orang bekerja itu :

1. Profesional, Kita digaji sesuai jobdesk dan target supaya menguntungkan perusahaan

2. Sebagai manusia, memang punya perasaan, tapi saat bekerja itu janganlah kita dikit-dikit baper, capek. Semua orang tau kalo bekerja itu melelahkan, menguras fikiran, mental dll. Tapi dari situlah yang dapat membentuk pola pikir kita jadi lebih baik dan berkembang karena seringnya mendapatkan sebuah tantangan-tantangan di sebuah tempat kerja.

3. Tunjukkan saja bukti bahwa kamu perform dalam task yang kamu emban, pastinya ada standar capaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun