Mohon tunggu...
Mira Marsellia
Mira Marsellia Mohon Tunggu... Administrasi - penulis kala senggang dan waktu sedang luang

You could find me at: http://miramarsellia.com

Selanjutnya

Tutup

Love

Unrequited Love

1 Mei 2022   14:05 Diperbarui: 1 Mei 2022   22:19 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Kalau kata anak milenial sekarang, unrequitted love rasanya, ....hmm..anjir banget... gimana engga, rasanya kan menyiksa. coba bayangkan, have you ever been in this situation? kamu cuma bisa memandang seseorang yang kita suka, dan berharap, namun orang tersebut tidak aware, tidak peduli bahkan mungkin menolak karena tidak memiliki perasaan yang sama. nah mungkin  di antara kita ada yang pernah mengalami, rasanya menanggung perasaan seperti itu. contohnya, kita setiap hari di tempat kerja yang sama, atau di kelas yang sama, atau di suatu komunitas yang sama, namun hanya bisa memandang dari ke hari, membayangkan dia menjadi pasangan kita, dan mengumpati siapapun pasangan dia sekarang. nah anjir banget kan rasanya?

kamus The Merriam Webster Online Dictionary mendefinisikan bahwa unrequited as "not reciprocated or returned in kind". ihiks cinta tak berbalas. Filsuf Friedrich Nietzsche aja ikut-ikutan komen bahwa cinta tak terbalas ini adalah suatu kondisi dimana "tak tergantikan... bagi sang kekasih adalah cintanya yang tak terbalas, yang tidak akan dia lepaskan dengan harga apa pun untuk keadaan acuh tak acuh". lu ngarti maksud Nietszche kagak? kalau gue? kagak..ahahahahaha. 

Ada lagi pendapat bahwa cinta tak terbalas ini adalah akibat menginginkan seseorang yang secara posisi atau kualitas di atas diri kita, baik itu kecantikan atau ketampanan fisik, kecerdasan, status sosial, tingkat pendidikan, dan kekayaan.  salah satunya demikian.  atau misalnya ada hal lain dimana posisi orang yang ditaksir ini, memang out of league, misalnya sudah jadi milik orang lain, alias not available. kadang bahkan ini membuat semakin penasaran dan menginginkan lebih. 

Setelah menonton film seri Virgin River di Netflix, saya punya saran buat orang yang cintanya tak terbalas, yaitu move on.  Jangan pernah juga menjebak orang yang kita punya crush untuk menjadi pasangan kita dalam suatu ikatan, apabila pasangan kita dalam keadaan terpaksa untuk menikah atau bertanggung jawab, mungkin suatu saat cinta itu bisa datang, tapi kemungkinan lebih besar adalah tidak. Tidak ada hal yang bisa memaksakan cinta atau dicintai, hal itu terjadi dengan alami. Tidak dengan paksaan, tekanan, apalagi jebakan. Memang menyenangkan mencintai tapi lebih menyenangkan lagi mencintai dan dicintai. 

Saya pernah bilang pada pasangan saya, menemukan orang yang tepat, yang mencintai kita dan kitapun mencintainya adalah suatu keberuntungan luar biasa dalam hidup ini. Dan untuk orang yang cintanya tak terbalas, camkan bahwa kecantikan, tubuh yang bagus, atau apapun terkait penampilan fisik, tidak akan menjamin pasangan mencintai kita. ada hal yang lebih personal dan mendalam dibanding personal appearance. yaitu, apakah kita mendapatkan "click" dengan pasangan kita? apakah ada saling mengerti dan memahami satu sama lain? apakah kita jujur satu sama lain? karena itu menjadi sebuah pondasi untuk hubungan yang equal dan resiprokal

Unrequited love bisa jadi bukan hal yang kontra produktif. Sebagai contoh, lagu abadi klasikal dan luar biasa indah Fur Elise yang digubah Ludwig Van Beethoven adalah tercipta karena unrequited love tadi, cinta yang tidak kesampaian, karena wanita idaman ini menikah dengan pria lain. Melodi pembuka Fr Elise yang terkenal menjadi petunjuk inisial wanita yang dicintai Beethoven. Melodinya dimulai dengan nada E -- D# -- E, atau enharmoninya E -- E -- E, dibaca E -- Es -- E, huruf yang menjadi nada lagu dari nama ThErESE atau bahkan EliSE.

Intinya bahwa cinta tak terbalas adalah bukan alasan untuk kontra produktif bahkan destruktif pada diri sendiri, move on dan pindahkan energi pada hal-hal yang lebih bermanfaat atau mencoba belajar mencintai orang lain yang sekiranya kita dapat mengerti dia, dan dia mengerti kita. Itu lebih baik daripada terus berharap kepada orang yang jauh di luar jangkauan. Walau tidak ada yang tidak mungkin tapi realistis dan terukur lebih baik daripada energi terbuang sia-sia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun